REMBANG, RAKYATJATENG – Kota Garam Rembang, Jawa Tengah, memiliki wisata baru. Namanya pantai Watu Gajah di wilayah kecamatan kragan. Daya tariknya, di lokasi ini bisa menikmati senja di dermaga cinta.
Nampak bahagia sekali dua remaja putri itu. Mereka saling berhadapan di pinggir pantai Watu Gajah. Lalu memegang tangan satu sama lain. Dan, berputar menari-nari sembari bergandengan tangan. Tawa mereka larut dengan deru ombak dan sepoi angin. Riang sekali. Sesekali mereka mengambil posisi untuk berfoto selfie.
Langit pantai yang terletak tak jauh dari Jalan Pantura Rembang-Tuban itu semakin merona. Dua remaja putri tadi masih memasang paras bahagia. Di sisi lain, juga ada dua dua ibu yang duduk sambil berpelukan. Sudah siap action menghadap kamera yang dibawa seorang anak di depan mereka.
”Woy halo…,” suara pekik anak kecil itu memecah deru ombak. Mengalihkan perhatian wartawan Koran ini.
Ternyata ada empat bocah yang mencoba mencari perhatian. Ingin dipotret. Ia bersama teman-temanya sedang berenang di pantai tempat berlabuh perahu kecil itu. Yang dimanfaatkan mereka sebagai arena melompat lalu menjeburkan diri ke air.
Wisata ini memang baru dikenal beberapa bulan lalu. Akses untuk menuju Pantai Watu Gajah juga cukup mudah. Lokasinya berada di pinggir jalan pantura.
Pertama masuk langsung disambut gundukan pasir. Yang membentuk bukit setinggi sekitar lima meter. Titik itu diberi nama bukit asmara. Sore itu ada dua anak yang mencoba mendaki sampai puncak.
Tak hanya bukit asmara, di Pantai Watu Gajah juga ada beberapa spot lain. Petunjuknya sudah dipasang di perempatan Dermaga Cinta. Di sebelah barat, terdapat Ada spot watu gajah.
Jika dilihat batu karang itu mirip dengan punggung gajah. Di area situ, juga terpasang spot-spot selfie. Seperti ayunan gondal-gandul.
Jika hendak bersantai, di lokasi wisata sudah disediakan gubug-gubug dan warung-warung yang enjual camilan. Sore itu, titik yang tampak paling ramai adalah di dermaga cinta. Wisatawan yang membawa motor langsung menuju lokasi itu. Menikmati senja.
Memang, matahari tak terbenam di pantai itu. Tetapi, sorotnya bisa dirasakan. Dari arah barat, di balik cemara-cemara pantai, surya bisa menyulap langit pantai itu menjadi merona.
”Kalau pagi mataharinya ya kelihatan (sunrise, Red),” kata salah satu pedagang. Rona kemerahan itu perlahan semakin memekat. Beberapa saat lalu memudar. Berangsur pengunjungpun meninggalkan wisata itu. Cekikikan anak-anak, tawa para remaja sudah tak terdengar. Hening. Hanya deru ombak yang berkuasa memecah sepi. ”Tutupnya kalau habis magrib,” imbuh pedagang tadi. (ks/vah/ali/top/JPR/JPC)