BRICS adalah blok negara-negara berkembang yang terdiri atas Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
“Diskusi kami hari ini akan berfokus pada peluang untuk memperkuat dan mengubah sistem tata kelola global, serta menjajaki sinergi antara BRICS dan G20 di dunia yang multipolar,” kata Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor saat membuka pertemuan itu.
Pandor menambahkan bahwa pertemuan mereka juga akan mencari solusi untuk pemulihan ekonomi global yang berkelanjutan dan inklusif, dan berharap juga bisa mempertahankan sebuah lingkungan yang damai.
“Selama dua dekade, kami telah mendengar seruan untuk mereformasi lembaga-lembaga multilateral hanya untuk terus dikecewakan,” kata Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar dalam sambutan pembukaannya.
Jaishankar mengatakan pertemuan BRICS dilakukan pada saat kritis ketika situasi internasional sedang menantang. Pertemuan tersebut, lanjut dia, harus mengirimkan pesan yang kuat kepada dunia bahwa cara-cara lama sudah tidak bisa digunakan lagi untuk mengatasi situasi saat ini.
Menurut dia, BRICS adalah “simbol perubahan”.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Mauro Vieira dari Brazil, dan Wakil Perdana Menteri China Ma Zhaoxu termasuk di antara para pembicara tamu pada pertemuan tersebut.
Beberapa pemimpin lain yang belum tergabung dalam formasi BRICS juga turut hadir dalam pertemuan tersebut, termasuk Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian.
Afrika Selatan akan memimpin KTT BRICS tahun ini pada 22-24 Agustus di Johannesburg, dengan tema “BRICS dan Afrika: Kemitraan untuk percepatan pertumbuhan bersama, pembangunan berkelanjutan, dan multilateralisme inklusif”.
Pandor mengatakan visi BRICS adalah kemitraan untuk mempersiapkan kepemimpinan global di dunia yang terpecah akibat kompetisi, ketegangan geopolitik, ketidaksetaraan, dan keamanan global yang memburuk.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Lavrov sebut BRICS sebagai contoh diplomasi multilateral sejati