Surabaya (RAKYATJATENG) – Pimpinan DPRD Kota Surabaya, Jawa Timur menyoroti pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Darah (RSUD) Soewandhie yang terkesan tidak maksimal dalam memberikan penanganan medis.
"Keselamatan warga harus menjadi yang utama, siapapun itu," kata Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti di Surabaya, Kamis.
Menurut Reni, pihaknya menerima laporan warga melalui whatsapp (WA) terkait situasi kritis seorang pasien perihal keluhan pelayanan rumah sakit yang terkesan tidak maksimal dalam memberikan penanganan medis.
Hal itu dialami oleh seorang ibu, Asiasi (52) warga Tanah Kali Kedinding. Kondisi tersebut mengharuskan ia masuk ruang ICU. Akan tetapi hal itu tidak dapat dilakukan lantaran pihak RSUD menyatakan ruang ICU penuh.
Keadaan tersebut telah dialami pasien sejak datang ke RSUD pada Sabtu (27/5) lalu. Pasien harus menunggu hingga tiga hari di IGD sebelum akhirnya masuk ke ruang perawatan pada Senin (29/5) sebab antre.
Mengetahui situasi sulit yang dialami pasien, Reni lantas menuju ke RSUD dan memastikan langsung kondisi keluarga pasien.
Saat tiba di RS, ia mendapat konfirmasi dari pihak RS bahwa ruang ICU yang kosong telah tersedia bagi pasien untuk masuk. Namun nasib kurang beruntung dialami, nyawa pasien tidak tertolong sebelum pihak rumah sakit berhasil memindahkan ke ruang ICU.
Menyusul kabar meninggal dunianya pasien tersebut, Reni pun sangat menyayangkan terkait dengan penanganan rumah sakit di tengah kegentingan pasien yang memerlukan tindakan segera.
"Tentu semua orang tidak ada yang mengharapkan situasi sulit seperti ini, tapi coba bayangkan jika yang mengalami itu adalah mereka yang merupakan ibu kita, keluarga kita, saudara kita," katanya.
Dengan adanya temuan ini, lanjut dia, praktis menjadi sorotan bagi wakil rakyat tersebut khususnya mengenai standar pelayanan rumah sakit dalam tindakan medis ketika terjadi antrean di ICU.
"RSUD Soewandhie ini pasiennya banyak, atas upaya perbaikan pelayanan, maupun peningkatan mutu, serta inovasi pelayanan kesehatan utamanya di rawat jalan saya apresiasi. Tapi untuk kasus ini juga perlu jadi evaluasi," katanya.
Ia mengatakan, layanan rawat inap ini jadi evaluasi karena bila memang rumah sakit melihat kegentingan yang dialami lalu bagaimana solusi memberi rujukan atau mengalihkan ke fasilitas kesehatan lain untuk dapat dilakukan tindakan medis.
Ia memahami, bahwa kematian juga merupakan bagian dari takdir Tuhan. Meski begitu ikhtiar setiap insan untuk berusaha sebaik mungkin melalui akses pelayanan kesehatan masyarakat juga menjadi urusan lain yang sangat dibutuhkan.
Oleh karenanya, kata dia, jika RSUD kerap mengalami kondisi serupa, maka baginya koneksi dan integrasi pelayanan kesehatan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya butuh integrasi dan koneksi layanan.
"Di era saat ini, integrasi pelayanan kesehatan antarrumah sakit sudah menjadi keniscayaan, saya minta direktur RSUD Soewandhie memerhatikan ini," katanya.
Tampak selama di RSUD, Reni terus menguatkan keluarga pasien dengan mengajak kedua putri wali pasien itu untuk berdzikir seraya melantunkan ayat-ayat suci Al Quran.
Atas kejadian tersebut, ia pun merasakan kesedihan yang menyelimuti pihak keluarga sekaligus menyampaikan duka cita mendalam.
"Kami tadi mengucapkan belasungkawa dan mohon doanya juga supaya keluarga yang ditinggalkan dapat diberi ketabahan dan kekuatan pula," demikian Reni Astuti.
Baca juga: Dikenakan biaya, suami pasien ODP COVID-19 mengadu ke DPRD Surabaya
Baca juga: Reni Astuti lanjutkan pemberdayaan UMKM eks lokalisasi Dolly