Peluncuran yang tampaknya gagal tersebut dinilai sebagai bentuk perlawanan terhadap kritik dan peringatan internasional yang disampaikan sebelumnya.
Kepala Staf Gabungan (JCS) mengatakan mereka mendeteksi peluncuran itu dari Tongchang-ri di pantai barat Korut pada pukul 6.29 waktu setempat dan proyektil jatuh ke perairan sekitar 200 kilometer bagian barat Pulau Eocheong di barat daya Korsel.
"Kami tengah melakukan analisis tambahan bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS)," kata JCS dalam sebuah pesan tertulis yang dikirimkan ke wartawan.
Korut memberi tahu Jepang dan Organisasi Maritim Internasional tentang rencananya awal pekan ini untuk meluncurkan satelit antara 31 Mei dan 11 Juni.
Rencana itu menuai kritik karena akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang peluncuran apa pun menggunakan teknologi rudal balistik.
Segera setelah peluncuran, Presiden Yoon Suk Yeol menyerukan pertemuan keamanan untuk mendiskusikan hal itu, kata kantornya.
Pada Selasa, Ri Pyong-chol, wakil ketua Komisi Militer Pusat dari Partai Buruh Korea yang berkuasa di Korut, meresmikan peluncuran tersebut, menyebut usahanya untuk meluncurkan satelit dan sarana pengintaian lainnya sebagai hal yang "sangat diperlukan" untuk mengatasi "aksi militer berbahaya" dari AS dan Korsel.
Korut telah berusaha mengamankan aset pengintaian berbasis antariksa sebagai bagian dari proyek pertahanan utama yang diluncurkan pada kongres kedelapan Partai Buruh Korea pada awal 2021.
Sejumlah pengamat mengatakan Korut tampaknya berniat mengamankan aset intelijen, pengawasan dan pengintaian (ISR) karena mereka ketinggalan dibandingkan kedua negara bersekutu dalam kemampuan ISR, meski fokusnya pada pengembangan sistem persenjataan tangguh, seperti rudal balistik yang diluncurkan kapal selam dan senjata nuklir taktis.
Menjelang peluncuran, Korsel "dengan keras" memperingatkan bahwa peluncuran itu akan membuat Pyongyang menanggung "konsekuensi yang berat" jika tetap dilakukan.
Sejumlah kepala utusan nuklir Korsel, AS dan Jepang juga memperingatkan bahwa Korut akan menghadapi respons "tegas dan terpadu" dari kalangan masyarakat internasional.
Peluncuran roket tersebut menandai aksi provokasi pertama Korut sejak mereka menembakkan apa yang mereka klaim sebagai rudal balistik antarbenua pada 13 April lalu.
Sumber: Yonhap-OANA