Tahun lalu Yoon mengumumkan strategi Indo-Pasifik untuk mendorong kawasan yang bebas, damai dan sejahtera, yang dibangun berdasarkan tatanan berbasis aturan, di tengah kekhawatiran ambisi China dalam meningkatkan pengaruh strategis dan ekonomi terhadap negara-negara kepulauan kecil di Pasifik.
Yoon sebelumnya sudah mengadakan pembicaraan dengan beberapa pemimpin negara Pasifik, termasuk dengan Presiden Kiribati Taneti Maamau dan Perdana Menteri Papua Nugini James Marape.
Menurut istana kepresidenan Korseal, Yoon membahas perluasan kerjasama pembangunan, kelautan dan perikanan, serta meningkatkan infrastruktur kesehatan dan perubahan iklim dengan para pemimpin Pasifik.
Strategi Korsel di Indo-Pasifik juga meliputi kerjasama trilateral dengan AS dan Australia untuk mengatasi tantangan-tantangan kawasan seperti rantai pasokan, krisis mineral dan perubahan iklim.
Andrew Yeo dari Brooking Institution di AS, menyebut strategi pemerintahan Yoo juga termasuk mempererat hubungan dengan AS karena Korsel harus berhati-hati dalam melangkah di antara dua kekuatan besar, China dan AS.
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles juga akan menghadiri KTT Korsel-Kepulauan Pasifik tersebut untuk memperlihatkan komitmen mereka terhadap kerjasama antara 18 negara anggota Forum Kepulauan Pasifik dan Korsel dalam menjaga keamanan kawasan.
Australia dan Selandia Baru adalah negara terbesar dalam blok tersebut, yang sebagian besar negara kecil yang terancam oleh naiknya permukaan laut akibat pemanasan global dan sangat tergantung kepada bantuan dari negara mitra.
Negara-negara di kawasan Pasifik tersebut mengambil pendekatan kolektif saat berhubungan dengan kekuatan besar. Perdana Menteri India Narendra Modi menjanjikan bantuan perdagangan dan pembangunan yang lebih banyak saat menghadiri KTT dengan selusin pemimpin kepulauan Pasifik di Papua Nugini (PNG) pekan lalu.
Sementara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menandatangani perjanjian pertahanan dengan PNG setelah mengikuti KTT Pasifik.
Sumber: Reuters