"Talasemia ditegakkan melalui analisis hemoglobin. Memang tidak bisa dilakukan di puskesmas, harus di rumah sakit yang besar, mungkin tipe B atau laboratorium swasta, supaya kita tahu bahwa ini talasemia dan jenis talasemia," kata Teny dalam acara kesehatan daring, Jumat.
Bila di rumah sakit tipe B tak tersedia layanan pemeriksaan hemoglobin, maka orang-orang bisa mendatangi rumah sakit tipe A seperti RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Sebelum analisis hemoglobin, orangtua yang curiga anaknya mengalami talasemia bisa mengamati gejala yang muncul seperti wajah pucat, perut membuncit atau ada benjolan di perut sebelah kiri dan anak tampak lebih kuning, dapat membawa anak ke dokter umum kemudian dokter anak.
Dokter akan menanyakan beberapa hal seperti gejala dan menyarankan anak menjalani pemeriksaan darah lengkap termasuk hemoglobin, sel darah putih, keping darah dan gambaran darah tepi.
"Yang harus diperhatikan, untuk pemeriksaan hemoglobin mungkin usia menjadi perhatian, kemudian jangan dilakukan dekat dengan transfusi misalnya baru selesai transfusi, lalu minggu depan analisis hemoglobin, jangan," kata Teny.
Teny menyarankan analisis hemoglobin bisa dilakukan tiga hingga empat minggu setelah transfusi darah karena pada saat itu hemoglobin sudah agak turun sekitar tujuh gram per desiliter (7 g/dL).
Pemerintah sudah mulai mencanangkan pemeriksaan analisis Hb saat seorang anak duduk di kelas tujuh atau dua sekolah menengah pertama agar tahu dirinya membawa sifat talasemia atau justru normal.
"(Kalau tidak saat SMP) sebelum menikah kita harus periksa darah dulu sebenarnya. Pemerintah ingin pasangan yang menikah dalam keadaan sehat, supaya membuat keluarga yang bahagia dan sehat," kata Teny.
Kemudian, apabila seseorang sudah dinyatakan mengalami talasemia maka dia harus menjalani tata laksana dengan baik agar kualitas hidupnya di masa depan juga baik.
Baca juga: Dokter anjurkan skrining talasemia jauh hari sebelum menikah