Kesenian Ketoprak di Pati: Sekali Manggung Dibayar Rp 2,5 Juta hingga Rp 25 Juta

  • Bagikan
SERU: Salah satu adegan dalam sebuah lakon ketoprak saat pentas belum lama ini. (DOK. RADAR KUDUS)

PATI, RAKYATJATENG – Kesenian ketoprak di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terus eksis sepanjang waktu. Meski generasi silih berganti, kesenian tradisional ini tidak tergeser oleh hiburan-hiburan modern. Semacam orkes musik yang makin menjamur.

Di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani ini ada sekitar 40 – 50 grup ketoprak. Semua grup memiliki penggemar sendiri-sendiri. Grup-grup ketoprak ini menggantungkan orderan pentas dari kegiatan-kegiatan kebudayaan di kawasan pantura. Seperti sedekah bumi. Selain itu sebagian juga mengandalkan pentas di even hajatan.

Seperti grup ketoprak Siswo Budoyo. Grup ketoprak yang berbasis di Desa Bakaran Wetan, Kecamatan Juwana ini terus bertahan hingga tiga dasawarsa. Bulan ini mereka merayakan ulang tahunnya ke-32, tepat di bulan Suro.

”Kesenian ketoprak terus tumbuh. Peminatnya tak pernah habis. Grup ini sudah 30 tahun lebih. Dari tarif pentas Rp 2,5 juta di tahun 80-an, hingga sekarang tarifnya bisa mencapai Rp 25 juta sekali pentas untuk sehari semalam,” kata Heri Taswelan, pengurus sekaligus sutradara grup Siswo Budoyo.

Siswo Budoyo termasuk grup ketoprak ngetop. Job-nya banyak di lokal eks Karesidenan Pati. Selain itu mereka juga sering pentas di Jawa Timur seperti Tuban dan Bojonegoro. Bulan-bulan ini dan bulan lalu seharusnya Siswo Budoyo panen pentas. Namun sayang tahun ini sedang ada pandemi.

”Ketoprak biasanya dalam setahun hanya ramai 4-5 bulan saja. Mulai Syawal hingga Muharam. Lebih banyak di acara-acara seperti sedekah bumi. Hampir 70 persen job kami dari even sedekah bumi. Selebihnya dari acara-acara hajatan seperti sunatan dan pernikahan,” imbuhnya.

Ketoprak memang bukan asli kesenian dari kota nasi gandul ini. Namun ketoprak tumbuh subur dan berkembang dari waktu ke waktu. Bahkan jumlah grup ketoprak di Pati menjadi yang terbanyak di seluruh Indonesia.

”Faktornya adalah masyarakat yang menggemari kesenian ini. Ditambah lagi setiap kegiatan tradisi dan budaya selalu menempatkan ketoprak menjadi tontonan yang mesti ada. Sehingga terus bermunculan grup-grup ketoprak dan tumbuh hingga sekarang ini,” paparnya. (ks/aua/him/top/JPR/JPC)

  • Bagikan