Punya Keunikan Motif, Batik Kudus Kini Telah Go International

  • Bagikan

KUDUS, RAKYATJATENG – Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mempunyai produksi batik yang tak kalah dengan kota lainnya. Bahkan, meski terkesan sederhana, namun tidak sedikit dari karya batik lokal yang telah go international.

Di antaranya adalah batik karya Ummu Asiyati. Perempuan berusia 56 tahun ini telah membuktikan diri, mampu membuat batik Kudus yang berkualitas.

“Kualitas batik Kudus itu tak bisa dianggap remeh. Banyak yang kualitasnya membanggakan. Batik yang saya buat juga ada yang sampai diperagakan di luar negeri,” kata Ummu ditemui di gerainya, Alfa Shoofa di Jalan Raya Barat Gribig, Kudus, Rabu (4/4).

Dia bekerjasama dengan salah satu desainer kondang tanah air, Denni Wirawan. Mereka berkeliling tempat memamerkan batik Kudus. Satu di antaranya, batik Kudus diperkenalkan di salah satu acara di Jepang.

“Di luar negeri yang terakhir, di Jepang,” ucapnya.

Lantas apa yang membuat batik Kudus mampu mencuri perhatian dunia? Menurut perempuan peraih penghargaan dari Djarum Foundation atas dedikasi dan karyanya dalam batik Kudus di acara Wedari, batik Kudus punya keunikan motif.

“Motif batik Kudus itu lebih rumit. Tapi rapi. Dengan pewarnaaan yang saya pakai dalam membuat batik adalah naptol dan indigosol,” bebernya.

Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam naptol. Zat warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air.

Dalam pewarnaan batik zat warna ini digunakan untuk mendapatkan warna-warna tua dan hanya dipakai secara pencelupan.

Sedangkan zat warna Indigosol atau bejana larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan. Warna yang dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel.

Ada beberapa motif batik yang telah dibuatnya. Dengan 50 di antaranya telah didaftarkan ke Kemenkumham. Di antaranya motif Menoro Parijoto, Omah Kudus, Parijoto, Sekar Jagat Parijoto, Lunglungan Parijoto, Mbako Cengkeh, Lunglungan Mbako, Liris Cengkeh, Godong Mbako, Tari Kretek, Lentog Angkring, Kuntum Mbako, dan Kuntum Cengkeh.

Bahkan, beberapa kearifan lokal Kudus berhasil direkamnya dalam kain batik. Seperti Gerbang Kudus Kota Kretek (GKKK), buah bukit Muria Parijoto, serta ada juga motif batik Biola Bambu asal Kudus karya perajinnya Ngatmin.

Dirinya sengaja mematenkan motif batik buatannya. Sebab, pernah ada kasus pembajakan motifnya. Tak tanggung-tanggung yang dia ketahui ada enam motif yang dibajak.

“Saya berhasil menanyakan si pembajak motif itu. Makanya, saya benar-benar menjaga motif karya saya dengan baik,” terangnya.

Selain peduli dengan kualitas batik Kudus, pihaknya juga peduli dengan regenerasi batik. Setiap tahunnya selalu ada siswa yang datang ke tempat produksinya untuk belajar membatik.

Dirinya rela berbagi ilmu batik berkualitas dari nol sampai mereka bisa membuat pakaian batik. Bahkan saat ini pihaknya fokus juga melakukan pembelajaran batik kepada siswa.

“Yang saya tekankan, setiap kali mereka buat batik, harus bisa bayangkan dulu. Misal bayangkan saat buat saku, bagaimana caranya biar enak dipandang,” ujarnya. (dtc)

  • Bagikan