RAKYATTEGAL, TEGAL – Tarkamah (65), warga RT 2 RW 1 Kelurahan Debong Kidul Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal harus menghabiskan masa tuanya sebatang kara. Ironisnya, di sisa hidupnya itupun dia harus rela tinggal di gubuk berukuran 2×3 meter di atas tanah milik tetangganya.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, Tarkamah menjadi pembantu rumah tangga. Setiap hari serba kekurangan karena penghasilan yang tak seberapa. “Saya hidup disini sendirian tanpa sanak saudara. Bahkan tanah untuk gubuk ini milik tetangga,” ungkap Tarkamah sambil meneteskan air mata.
Tarkamah kehilangan suami sejak muda, saat kedua anaknya masih kecil. Selang beberapa tahun kemudian, giliran anaknya yang pertama meninggal dunia, karena kecelakaan.
Bahkan, hartanya habis untuk biaya pengobatan anaknya tersebut. Sedangkan anaknya yang kedua, sudah menikah dan hidup bersama suaminya.
Sudah bertahun-tahun Tarkamah hidup di bawah gubuk dengan dinding anyaman bambu dan atap dari seng. Bahkan ketika hujan lebat dan goncangan gempa datang, Tarkamah memilih keluar rumah dan berlindung di bawah pohon.
“Saya khawatir kalau gubuk yang ditempati ambruk dan semenjak saya tinggal disini belum ada bantuan dari pemerintah,” ujar Tarkamah.
Mendengar ada laporan warga, Lurah Debong Kidul Slamet Sugiharto mendatangi rumah Tarkamah untuk melihat secara langsung kondisi warganya. Sambil mendengarkan kisah hidupnya, Slamet siap membantu warganya yang kurang mampu. Terlebih belum ada tersentuh bantuan sama sekali.
“Terima kasih atas laporanya, saya langsung kesana dan berdialog. Kami akan mengusahakan bantuan dari dinas terkait termasuk PKH dan BPJS Kesehatan untuk nenek Tarkamah ,” jelas Slamet. (rdrtgl)