RAKYATJATENG, BREBES – Di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah ada sebuah kampung bernama unik. Namanya Kampung Janda yang terletak di Desa Wlahar, Kecamatan Larangan.
Bahkan, Pemerintah Kabupaten Brebes menjadikan Kampung Janda sebagai sebagai pilot project pemberdayaan perempuan sebagai kepala rumah tangga. Sedangkan Desa Wlahar menjadi pusat organisasi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) di Kabupaten Brebes.
Pengawas Serikat Pekka Brebes Kartini mengungkapkan, terdapat perubahan signifikan di antara sebagian besar janda yang ada Desa Wlahar. Padahal, dahulu mereka hanya bungkam dengan cap buruk dari masyarakat.
Janda yang kerap diidentikan dengan perempuan yang gagal berumah tangga mendapat cap negatif membuat terpuruk. Kondisi tersebut lumrah terjadi di banyak tempat.
”Kami terus motivasi mereka, bahwa hidup beluk berakhir. Masih banyak yang bisa kita perbuat,” katanya, seperti diberitakan radartegal.com.
Lambat laun, kesadaran para janda mulai tumbuh. Mereka sudah berani keluar dari stigma yang mengungkung. Mereka diberdayakan secara kelompok.
Bahkan, Pekka sebagai wadah penyampaian aspirasi memiliki 11 binaan kelompok perempuan yang diikuti ratusan janda berbagai usia di desa tersebut. Mulanya, para janda juga diberi pemahaman mengenai hak-hak perempuan dalam peranan masyarakat.
”Program kami untuk mengangkat kaum perempuan marjinal berjalan. Mereka diberikan pemahaman soal politik, hukum, ekonomi dan sebagainya,” imbuh Kartini.
Dengan mengarahkan janda berani berorganisasi, kata Kartini, kini mereka makin bangkit. Mereka giat beraktivitas melalui berbagai program seperti arisan jamban, koperasi simpan pinjam, serta program lainnya.
”Kami juga menerima konsultasi masalah dari mereka yang memiliki masalah dengan keluarganya. Untuk menunjang perekonomian para janda, koperasi kami juga memberikan modal usaha bagi mereka. Dan mereka mulai berjualan sembako dan sebagainya,” katanya.
Organisasi tersebut bahkan sudah melibatkan beberapa dinas terkait untuk menjalankan programnya. Termasuk di antaranya adalah Kementerian Perlindungan Anak dan Perempuan.
”Dalam waktu dekat kami akan mendirikan Sekolah Paradikta yang akan dilaksanakan mulai Agustus mendatang. Karena semua perempuan di sini, khususnya para janda memiliki potensi untuk dikembangkan dalam pemberdayaan perempuan,” tambahnya.
Namun, keberhasilan tersebut masih belum sepenuhnya dirasakan lebih luas. Sebab, masih tersisa perempuan janda yang belum bersedia terlibat dalam perkumpulan pemberdayaan perempuan.
Mereka masih malu-malu dan terpojok dalam lingkungannya. Hal itu sebagai akibat dari trauma setelah menyandang status janda lantaran suami meninggal, perceraian akibat permasalahan keluarga, ataupun karena karena ditinggal pasangannya kabur.
”Masih banyak yang harus dikerjakan, terutama bagi janda yang belum bersedia bergabung. Dari sebelas kelompok yang dibentuk, masih banyak janda lain yang masuk. Karenya pembentukan kelompok akan terus kami lakukan dengan terus berusaha memberdayakan mereka,” tandasnya.
Kepala Desa Wlahar Kursan pun merasakan perubahan di Kampung Janda. Kini, para janda di desanya sudah mampu menyampaikan pendapat di depan forum dan kelompoknya.
”Sudah ada perubahan yang lebih baik dari tahun sebelumnya,” jelasnya. (Fajar/jpg)