FAJAR.CO.ID – Enam bulan setelah Prancis menjuarai Piala Dunia 1998, lahirlah bayi laki-laki di Bondy, Prancis, yang kini menjadi rebutan klub raksasa Eropa.
Bayi laki-laki itu dinamai Kylian Mbappe, bintang muda AS Monaco yang harganya selangit saat ini. Ia lahir dan besar di pinggir kota, 11 kilometer ke barat dari kota romantis, Paris.
Bila mengungkit masa kecilnya, pantas Mbappe mencintai sepak bola, sebab dari bayi ia diasuh oleh orang tua yang selalu bersemangat membahas si kulit bundar.
Ibunya, Fayza, merupakan pemain bola tangan profesional. Sementara ayahnya, Wilfried, adalah pria asli Kamerun yang bekerja sebagai pelatih AS Bondy, klub kecil yang berkompetisi di Liga Regional Paris. Di klub itu pulalah, Mbappe mulai belajar menendang bola sejak umur enam tahun.
Pengaruh sepak bola yang kuat juga dipetik Mbappe kecil dari sepupunya, Jires Kembo-Ekoko. Kembo-Ekoko sengaja dikirim orang tuanya dari Zaire ke Bondy untuk tinggal bersama sang paman.
Tak bisa disangkal bahwa Kembo-Ekoko cukup berpengaruh pada kebintangan Mbappe saat ini. Sepupunya itu adalah idola pertama Mbappe di sepak bola. Keduanya juga menganggap satu sama lain sebagai saudara, meski Mbappe lebih muda sepuluh tahun dari sepupunya itu.
Waktu berjalan pelan, dan kesempatan akhirnya datang. Mbappe kecil terpilih berangkat Clairefontaine untuk menambah skill dan pengetahuan di pusat sepak bola regional Federasi Sepak Bola Prancis pada 2011. Kesempatan emas serupa yang pernah dirasakan Thierry Henry, Nicolas Anelka, Blaise Matuidi, Hatem Ben Arfa, dan William Gallas .
Sejatinya, Kembo-Ekoko lebih dahulu mendapatkan kesempatan emas tersebut. Dan, ketika Mbappe tiba di sana, sepupunya itu telah menjalani karier profesional sebagai striker Rennes selama lima tahun.
Namun, beda orang, beda cerita. Demikian pula Mbappe dan Kembo-Ekoko. Nasib Mbappe lebih mentereng di Clairefontaine.
Baru berusia 14 tahun, Mbappe sudah sangat terkenal di Clairefontaine, lantas diprofilkan oleh Liberation and France Football.
Ditanya mengenai impiannya, pada waktu itu Mbappe menyebut Real Madrid dan berkata, “Lebih baik bermimpi ke bulan. Dengan begitu, jika gagal, anda (setidaknya) sampai ke awan.” Begitu jawaban Mbappe seperti dikutip dari The Sun.
Setahun kemudian, pada usia 15 tahun, ketika sudah waktunya meninggalkan Clairefontaine untuk lanjut ke tahap profesional, Mbappe membuat keputusan mencengangkan. Ia menolak tawaran Real Madrid, Chelsea, Manchester City, Liverpool, dan Bayern Munchen, lantas bergabung dengan AS Monaco. Bukan sombong. Ia melakukan itu untuk melanjutkan pendidikan sepak bolanya yang dianggap masih minim.
Bersama Monaco, Mbappe membuat debut dari bangku cadangan pada 2 Desember 2015. Meski tampil sebagai pengganti, ia sukses memecahkan rekor Thierry Henry sebagai pemain termuda Monaco dengan usia 16 tahun 347 hari.
Februari 2016, pada usia 17 tahun dan 62 hari, Mbappe kembali merebut rekor Henry untuk menjadi pencetak gol termuda Monaco dalam kemenangan 3-1 atas Troyes.
Musim lalu, total Mbappe tampil 14 kali bersama Monaco. Walau ada tawaran lagi dari Paris Saint-Germain (PSG), Manchester City, Borussia Dortmund, dan Real Madrid, ia memilih setia bersama Monaco dengan menandatangani kontrak profesional pertamanya pada musim panas 2016.
Dua bulan setelah Monaco menolak tawaran 40 juta Poundsterling dari Manchester City, Ayah Mbappe, Wilfried, sempat marah kepada klub. Wilfried merasa manajemen klub mengingkari janji kepada anaknya untuk memberi kesempatan bermain.
“Kami pikir dia akan menjadi bagian reguler dari skuat dan diberi kesempatan. Itulah yang dijanjikan manajemen. Kami tidak mengharapkan dia menjadi starter. Kami tidak bodoh, tapi kami tidak membayangkan dia sebagai striker pilihan keenam. Dia bisa saja pergi ke klub besar, dan besar untuk menjadi pilihan keenam,” kesal Wilfried seperti ditulis L’Equipe saat itu.
Begitu kisah singkat Mbappe merintis karier, dari pemain bola di pinggir kota menuju klub profesional. Namanya kian mentereng di AS Monaco ketika membuat hat-trick pertama pada laga profesional dalam kemenangan 7-0 atas Rennes di Piala Liga Prancis, Desember 2016.
Saat berbaju timnas, Mbappe pun tetap tampil apik. Terbukti ketika ia dan Timnas Prancis U-17 menjuarai ajang Piala Eropa U-19 di Jerman, Juli 2016. Mbappe dan tim menang 4-0 atas Italia di final di Sinsheim, sekaligus mengakhiri kompetisi dengan torehan lima gol. Ia hanya kalah satu gol dari rekan setimnya, Jean-Kevin Augustin (PSG), yang meraih Sepatu Emas turnamen.
Pantas saja bila raksasa-raksasa Eropa mengidamkannya, melihat kualitas Mbappe yang mumpuni.
Selain Real Madrid, Manchester City, dan PSG yang masih setia menunggu, Manchester United juga tengah memburu tanda tangan kontrak sang pemain. Makin seru karena Pelatih Arsenal, Arsene Wenger, yang memang suka pemain muda bertalenta, tak tinggal diam di bursa transfer untuk mengejar Mbappe.
Begitu seriusnya, seperti ditulis Mirror, klub berjuluk Meriam London rela menaikkan penawaran mereka ke AS Monaco menjadi 125 juta Poundsterling atau hampir Rp 2,2 triliun. Itu semua demi Mbappe, pemuda berdarah Kamerun yang membangun mimpi dari pinggir kota Paris.
Arsenal berharap, tawaran “segila” itu bisa membuat Real Madrid dan raksasa Eropa lainnya berhenti mengejar Mbappe.
Peluang Arsenal cukup terbuka, sebab Wilfried ternyata lebih senang putranya bergabung dengan Wenger. Kabarnya, Wenger menjanjikan Mbappe akan rutin bermain di Liga Inggris setelah resmi hijrah ke London.
Hanya saja, The Gunners harus mempertimbangkan risiko bila getol menaikkan harga penawaran untuk memperoleh Mbappe. Membeli pemain supermahal, berarti Arsenal juga harus siap memberi gaji gila-gilaan. Sementara, jika pengeluaran Arsenal mengalami kenaikan sampai 7 juta poundsterling dibanding tahun lalu, mereka terancam melanggar aturan Financial Fair Play dari FIFA.
Menarik ditunggu, ke mana sepupu Kembo-Ekoko ini akan berlabuh? (fajar)