FAJAR SPORT, BOGOR – Pusamania Borneo FC (PBFC) II kerap menyuguhkan wajah berbeda selama Piala Presiden 2017. Kesulitan menebak skema bikin lawan kewalahan. Hal itu pula yang agaknya tengah dipersiapkan Pesut Etam pada duel final melawan Arema FC di Stadion Pakansari, Bogor, Minggu (12/3).
Dari enam laga, mulai babak grup hingga semifinal, tercatat tiga formasi diterapkan pelatih Ricky Nelson. Pertama 4-1-4-1, formasi awal ketika mengarungi turnamen. Dari skema tersebut, anak-anak Pesut Etam bisa mengubah sistem menjadi 3-5-2. Sementara saat dijamu Persib pada semifinal leg kedua, PBFC II menerapkan 5-4-1.
Banyaknya skema pertandingan alias strategi diterapkan Pesut Etam tak lepas dari peran sang juru taktik. Pengalaman Ricky Nelson belajar hingga Eropa terbukti jitu diterapkan PBFC II.
Memainkan laga final kembali menjadi perjudian bagi Ricky. Entah apa strategi bakal diterapkannya. Yang sudah familiar, atau mencoba peruntungan dengan skema baru.
Soal itu, pelatih 37 tahun tersebut enggan bersuara. Dia khawatir strateginya terbaca lawan. “Jelasnya akan ada sesuatu yang berbeda di final. Entah itu semangat kami jadi berlipat-lipat atau strategi yang lebih top,” kata Ricky kepada Kaltim Post (Jawa Pos Group).
Adapun bila memakai PBFC II 4-1-4-1, Ricky kemungkinan ingin bermain aman. Memasang empat bek dan menumpuk tiga gelandang di lini tengah, alur bola dari belakang ke depan atau sebaliknya jika diserang lawan bisa terkontrol rapi. Sedangkan dua pemain di sisi kiri dan kanan menjadi tempat bagi pelari seperti Terens Puhiri atau Rival Lastori.
Tujuan skema tersebut jelas untuk memancing lawan tampil menyerang, lalu melakukan serangan balik cepat. Mengakomodasi formula itu, Terens dan Rival bisa diandalkan. Keduanya punya kapasitas menyuplai bola kepada Reinaldo da Costa atau Patrich Wanggai.
Formasi 4-1-4-1 bisa jadi ideal melawan Arema FC yang diprediksi tampil menyerang dengan skema 4-3-3. Namun, Pesut Etam wajib berhati-hati. Singo Edan bukan lawan ecek-ecek. Apalagi lini depannya. “Kami usahakan tidak terpengaruh ritme permainan Arema FC. Justru kami upayakan mereka terpancing gaya permainan kami,” sebutnya.
Pesut Etam punya modal bagus dengan formula 4-1-4-1. Lewat skema tersebut, PBFC II di empat laga awal memiliki lini pertahanan kukuh. Kekuatan yang kemudian mencatatkan rekor clean sheet selama 360 menit. Rekor tersebut berakhir ketika formasi berubah pada babak semifinal. Yakni saat menjamu Persib di Segiri.
Memakai formasi 4-4-2, skor berkesudahan 2-1. Kemenangan yang menyisakan catatan untuk klub Samarinda tersebut. Apalagi kalau bukan karena garang di depan, namun sedikit lemah di belakang.
Nah, skema PBFC II di final tak serta-merta bisa diputuskan. Ricky wajib melirik kesiapan seluruh pemain sebelum meracik resep tepat membekuk Arema FC. “Semoga seluruh pemain fit dan siap tampil. Kalau kualitas antarpemain tidak ada perbedaan mencolok. Tinggal bagaimana kesiapan per individu,” paparnya.
Sementara itu, bek PBFC II Dirkir Glay menegaskan siap bermain dengan kondisi dan skema apapun. Performa tim sedang baik-baiknya. Rasa kekeluargaan begitu tinggi terjalin antarpemain. “Semua pemain bisa saling memahami. Sudah seperti keluarga. Kami akan mencoba menikmati pertandingan final,” ucapnya.
Mengawal lini pertahanan, Dirkir menjanjikan timnya terhindar dari kebobolan. Meski Arema FC memiliki Cristian Gonzales yang telah mencetak delapan gol, eks Persiba Balikpapan itu tak gentar sedikitpun.
“Kami baru kebobolan tiga gol. Paling sedikit ketimbang kontestan empat besar turnamen. Hal itu membuat kami makin termotivasi memenangkan laga,” pungkasnya. (Fajar/jpg)