BOYOLALI, RAKYATJATENG – Palang besi melintang di area masuk jembatan gantung Kajor, Desa Jrakah, Kecamatan Selo. Sejak fondasi jembatan longsor, Jembatan Kajor ditutup total. Baik bagi pengendara motor maupun pejalan kaki. Para pengguna jalan memilih melintas di jembatan yang terbangun di bawah jembatan gantung.
Masyarakat juga tampak mengabaikan keberadaan jembatan gantung tersebut.
Kades Jrakah, Tumar mengatakan, jembatan ini menghubungkan Dusun Tosari dan Kajor, Desa Jrakah. Ujung jembatan di Dusun Kajor mengalami longsor. Karena rawan roboh, akhirnya jembatan ditutup sejak setahun lalu.
”Jembatan gantung itu berbahaya jika dilewati karena jembatan bisa ambrol. Semula jembatan ini memang untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda saja. Kalau mobil harus melewati jalan lain yang lebih lebar dan aman,” katanya, kemarin (2/11).
Sejak ditutup, masyarakat harus melewati jalan yang di bawah. Kondisi jalan memang lebih menurun dan tajam. Selain itu, jembatan ini dibangun pada 2012 silam oleh pemerintah pusat. Dan disahkan bersamaan dengan lima jembatan lainnya di Kecamatan Selo.
”Jembatan dibangun 2012 dengan dana total puluhan miliar rupiah. Paska erupsi Merapi 2010. Kami berharap, agar longsor jembatan gantung ini segera diperbaiki. Sehingga pejalan kaki bisa melintas dengan aman,” katanya.
Terpisah, Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan ruang (DPU PR) Boyolali, Kusnawi mengatakan, jembatan gantung Kajor dibangun oleh pemerintah pusat pasca erupsi merapi 2016 tahun lalu. Awalnya jembatan ini dibangun untuk memudahkan proses evakuasi warga ketika erupsi Merapi terjadi.
”Pasca erupsi pusat membangunkan jembatan gantung itu, dan kabupaten tidak diikutkan. Sampai saat ini kaitannya serah terima juga belum ada. Karena jembatan-jembatan gantung yang ada sifatnya darurat dan bukan permanen,” terangnya.
Jembatan gantung Kajor mengalami kerusakan akibat longsor di tumpuan seling. Sehingga untuk mengantisipasi bahaya, jembatan ditutup sementara sampai ada perbaikan.
Kunawi menjelaskan warga setempat menutup permanen akses ke jembatan karena kondisi strukturnya memang berbahaya.
”Jembatan itu sifatnya darurat saja, dibuat pasca erupsi untuk mempercepat evakuasi. Tapi di situ juga ada jembatan permanen di bawahnya yang biasa dipakai masyarakat. Jadi lebih aman dan akses warga tetap ada,” jelasnya. (rgl/adi/dam/JPC)