Kerajinan bebek sepatu ski siap ekspor produksi pengrajin di Desa Jambu Kulon Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten Jateng, Minggu (26/9/2021). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto.
KLATEN, RAKYATJATENG – Kerajinan bebek yang terbuat dari bahan limbah akar bambu di Desa Jambu Kulon, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang sempat menurun pada masa pandemi, kini mulai ada pemesanan dari Belanda.
“Kami September ini mulai ada pemesanan lumayan 1.200 buah kerajinan bebek produksi Klaten ke mancanegara yakni Belanda,” kata Supriyanto (45), seorang pengrajin cendera mata bebek, di Desa Jambu Kulon RT 02/RW 10 Ceper, Kabupaten Klaten, Senin (27/9/2021).
Menurut Supriyanto, kerajinan bebek sempat berhenti produksi pada masa pandemi sejak Januari hingga Agustus 2021 dan September ini mulai bergerak mendapat orderan dari buyer Jepara dan Yogyakarta yang akan dikirim ke Belanda pada awal Oktober mendatang.
“Kami mengirim produksi kerajinan bebek limbah akar bambu terakhir pada Desember 2020 sebanyak 10.000 buah ke Belanda, dan kemudian terhenti karena pandemi sejak awal Januari, dan September mulai ada pesanan meski baru 1.200 buah per bulan,” kata Supriyanto.
Dia mengatakan karena dampak pandemi sebanyak 20 pengrajin bebek di Desa Jambu Kulon Ceper Klaten banyak yang gulung tikar, dan kini yang bertahan masih sekitar lima pengrajin.
Dia mengatakan kerajinan bebek produksinya banyak dilirik pasar luar negeri karena kualitasnya lebih halus dan menarik dari perkembangan ide kreatif yang mengikuti tren model yang terbaru. Misalnya, kerajinan bebek dengan sepatu ski, bebek dengan sepatu bot dan sebagainya mengikuti kondisi musim di luar negeri.
Harga kerajinan bebek sepatu ski, kata dia, masa pandemi kini ada kenaikan sekitar Rp2.000 hingga Rp3.000 per buah. Sehingga, harga dijual antara Rp17.000/buah hingga Rp34.000/buah barang setengah jadi. Namun, kerajinan bebek hingga finishing dijual antara Rp25.000/buah hingga Rp50.000/buah.
Kerajinan bebek produksinya pesanan dari Jepara sebanyak 300 buah dan kemudian tambah 400 buah sehingga total 700 buah. Sedangkan pesanan asal Yogyakarta sebanyak 500 buah Sehingga, totalnya mencapai 1.200 buah pada bulan ini. Jumlah itu, dengan omzet sekitar Rp30 juta/bulan.
Menyinggung soal bahan baku limbah akar bambu, kata dia, tidak masalah stoknya masih banyak dan dapat dicari di Gunung Kidul Yogyakarta serta Sukoharjo Jateng.
Kendati demikian, pihaknya berharap pandemi terus menurun dan pergerakan ekonomi mulai tumbuh baik khususnya usaha kerajinan maupun produksi UMKM lainnya, sehingga masyarakat kembali beraktivitas normal bisa meningkatkan perekonomiannya. (Antara)