BOYOLALI, RAKYATJATENG – Angka kematian ibu di Boyolali naik 100 persen hingga semester pertama ini. Tercatat terjadi 30 kasus kematian ibu, 20 di antaranya karena terpapar Covid-19. Hal ini menjadi warning untuk menekan agar tidak semakin melonjak.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali Ratri S. Survivalina menjelaskan, kenaikan kasus kematian ibu, baik saat hamil, persalinan maupun masa nifas naik signifikan. Pandemi tahun lalu, angka kematian ibu sebanyak 15 kasus. Namun, sampai pertengahan tahun ini naik menjadi 30 kasus kematian.
“Ya, tahun ini angkanya cukup tinggi. Update per 26 Juli ini ada 30 kasus kematian ibu. Ini menjadi perhatian kami,” ungkapnya saat ditemui selepas pemantauan vaksinasi di Pasar Cepogo, Kamis (29/8).
Perempuan yang akrab disapa Lina ini mengatakan, dari 30 kasus kematian ibu, 20 diantanya karena terpapar Covid-19. Sedangkan 10 kasus lainnya karena penyakit lain. Sedangkan tahun lalu, meski sama-sama di masa pandemi, dari 15 kasus kematian ibu hanya beberapa saja yang meninggal karena terpapar virus korona.
“Kasus kematiannya didominasi Covid-19. Karena ibu terutama saat hamil termasuk kelompok berisiko. Tak hanya rentan terpapar Covid-19 saja, namun, juga rentan penyakit lainnya,” terangnya.
Kondisi ini menjadi evaluasi pemerintah untuk meningkatkan pengawasan pada ibu hamil dan anak di bawah lima tahun (balita). Dinkes tetap menerapkan standar pemeriksaan ibu hamil secara lengkap. Yakni pemeriksaan kehamilan minimal enam kali selama masa mengandung.
Pemeriksaan rutin juga wajib dilakukan pasca nifas, minimal enam kali. Namun, hal tersebut terkendala pandemi. Saat ini banyak ibu hamil yang kesulitan konsultasi dan pemeriksa tatap muka dengan dokter. Kegiatan tersebut dialihkan secara online, baik melalui chat maupun video call. Karena masyarakat juga khawatir terpapar.
“Kami minta ibu yang sedang hamil di masa pandemi Covid-19 harus tetap menjaga kesehatan, pola makan, serta porsi tidur. Mengatur aktivitas agar kondisi tetap bugar. Terpenting, tetap melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatanterdekat. Namun, tetap harus sesuai protokol kesehatan dan jaga jarak,” katanya.
Selain itu, ibu hamil dianjurkan rutin minum vitamin, terutama yang mengandung zat besi dan vitamin C guna menambah imun. Selain itu disarankan mengurangi gula, karbohidrat dan garam. Tetap melakukan aktivitas olahraga ringan agar memudahkan saat proses persalinan.
Di sisi lain, ibu hamil yang akan melahirkan wajib dilakukan skrining dan swab antigen. Guna mengetahui kondisi ibu apakah terpapar Covid-19 atau tidak. Bila terpapar akan langsung dirujuk ke RS rujukan Covid-19 dengan penanganan sesuai prokes. Namun, jika hasilnya negatif bisa menjalani persalinan secara normal.
“Namun, kalau ada yang terpapar dan kondisinya tanpa gejala, maka bisa persalinan secara normal di faskes non rujukan Covid-19. Tapi tetap standar prokes yang diterapkan,” jelasnya.
Tak hanya ibu hamil, vaksinasi balita juga menjadi sorotan. Lina mengamini saat ini konsentrasi tengah berfokus pada penanganan covid-19. Sehingga beberapa tahap vaksinasi anak tertunda beberapa minggu. Namun, hal tersebut tidak menjadi masalah serius karena masih bisa dikejar. Anak balita tetap mendapatkan hak vaksin sesuai tahapan. (rgl/bun/JPC)