SOLO, RAKYATJATENG – Persiapan Asrama Haji Donohudan menjadi rumah sakit darurat disambut baik oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta. Dengan adanya fasilitas tambahan tersebut, orang tanpa gejala (OTG) dan pasien bergejala ringan bisa menerima perawatan intensif guna mempercepat proses penyembuhan.
Selain itu, mampu mengurangi beban penanganan pasien Covid-19 di rumah sakit-rumah sakit di Solo yang saat ini hampir mencapai batas maksimal.
Koordinasi lintas sektoral terus dilakukan antara pemerintah daerah di eks Karesidenan Surakarta dengan Pemprov Jateng dan sejumlah kementerian terkait. Harapannya persiapan rumah sakit darurat di Asrama Haji Donohudan bisa selesai lebih cepat agar pekan depan sudah bisa merawat pasien Covid-19.
“Ini tadi baru disurvei. Fasilitasnya sudah lengkap, tinggal alat kesehatan dan tenaga kesehatannya saja. Kemungkinan hitungan hari bisa dioperasiokan. Mungkin pekan depan,” jelas Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Surakarta Ahyani melalui aplikasi Zoom Meeting, kemarin.
Nantinya, rumah sakit darurat ini di Asrama Haji Donohudan itu akan difungsikan untuk merawat pasien Covid-19 a tanpa gejala, bergejala ringan, hingga pasien dengan gejala sedang. Atas asumsi itu, penanganan dan perawatan pasien Covid-19 dari rumah sakit rujukan di Solo dapat sedikit lebih ringan karena dapat saling berbagi dalam penanganan pasien.
“Leading sektornya langsung dari Kementerian Kesehatan. Harapannya dengan pengoperasian RS darurat itu beban rumah sakit di Kota Solo yang saat ini sudah terisi 90 persen bisa sedikit berkurang,” hemat Ahyani.
Penanganan pasien Covid-19 di Jawa Tengah sisi timur dan eks Karesidenan Surakarta Solo Raya yang sebelumnya dirujuk ke rumah sakit di Kota Solo, bisa berkurang. Selain itu, penanganan pasien dengan status tanpa gejala juga bisa semakin maksimal guna mencapai kesembuhan dengan lebih cepat.
“Saat ini kapasitas rumah sakit di Kota Solo sudah mendekati 100 persen. Jangan sampai beban di Solo terlalu berat. Karena itu, ini dibagi dengan Asrama Haji Donohudan sebagai rumah sakit darurat,” papar pria yang juga menjabat sebagai sekretaris daerah Kota Surakarta itu.
Berdasarkan koordinasi dan peninjauan awal selama beberapa waktu terakhir, kapasitas ruang perawatan rumah sakit darurat di Asrama Haji Donohudan bakal mendekati kapasitas ruang perawatan di RSUD dr Moewardi.
“Saat ini saja Asrama Haji Donohudan mampu menampung 872 orang. Setelah disurvei, jumlahnya bisa meningkat dua kali lipat dengan penataan bed yang disesuaikan. Informasi dari staf ahli Kemenkes, operasional rumah sakit darurat ini paling hanya sebulan. Peruntukannya untuk eks Karesidenan Surakarta dulu dan daerah sekitar yang terjangkau,” beber Ahyani.
Bagaimana soal kebutuhan alat kesehatan beserta tenaga kesehatan yang akan bertugas nanti? Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surakarta memastikan, segala hal terkait operasional disokong langsung oleh pemerintah pusat. Keberadaan alat kesehatan dan tenaga kesehatan di Solo tetap akan dimaksimalkan untuk penanganan Covid-19 lokal.
“Saat ini perbandingan antara jumlah pasien dengan tenaga kesehatan tidak seimbang. Peningkatan pasien terkonfirmasi pisitif Covid-19 dengan berbagai upaya penanganan pasien, tracing, dan swab juga menjadi beban bagi nakes di puskesmas hingga rumah sakit,” ujar Kepala Dinkes Kota Surakarta Siti Wahyuningsih.
Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa yang mendampingi sejumlah perwakilan pusat meninjau Asrama Haji Donohudan sempat memaparkan bahwa keterisian kapasitas ruang perawatan Covid-19 di Kota Solo sudah hampir menyentuh batas maksimal.
“Mungkin tinggal 25 persen. Warga Solo dan sekitarnya hingga sejumlah wilayah di Jawa Timur juga banyak yang dirujuk ke Solo. Contoh RSUD dr Moewardi itu menerima sejumlah pasien dari Madiun, Ngawi, Pacitan, hingga Ponorogo,” jelas dia.
Ketua Gugus Tugas Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga menerangkan, kunjungan kerja tersebut untuk melihat kebutuhan apa saja yang diperlukan dalam persiapan rumah sakit darurat di Asrama Haji Donohudan. Koordinasi dengan pemerintah provinsi maupun daerah diperlukan agar kebutuhan dapat dipetakan dengan seksama.
“Ada persiapan sarpras, persiapan alat kesehatan, dan operasionalisasinya nanti. Karena yang akan digunakan Gedung Madinah, harus dipindahkan dulu (berbagai alat yang masih ada). Nanti akan menjadi rumah sakit skala sedang dengan 456 bed dan 8 bed HCU. Kalau ICU tetap di rumah sakit rujukan. Dengan HCU ini bisa sedikit menjembatani,” tutup dia. (ves/bun/ria/JPC)