100 Hari Gibran-Teguh Pimpin Solo: Akui Tidak Mudah Memimpin di Masa Pandemi, Masih Banyak PR

  • Bagikan
MASIH BANYAK PR: Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka dan Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa saat meninjau kawasan bantaran Kali Jenes. (HUMAS PEMKOT SURAKARTA FOR RADAR SOLO)

SOLO, RAKYATJATENG – Pemerintahan Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa memasuki 100 hari kerja sejak dilantik sebagai wali kota dan wakil wali kota Surakarta pada 26 Februari 2021.

Di awal kepimimpinan mereka masih ada beberapa catatan untuk diselesaikan hingga berakhirnya masa jabatan 2024.

Walikota Surakarta Gibran Rakabuming mengaku tidak mudah memimpin dan mengawal jalannya pemerintahan di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Dia pun sadar masih banyak hal yang berjalan tidak sesuai semestinya karena berbagai keterbatasan.

Karena itu, perlu upaya evaluasi dan langkah percepatan untuk memilih atau memprioritaskan hal-hal yang mendesak.

“Seratus hari ini masih perlu dievaluasi. Tidak mudah memimpin Solo di tengah pandemi ini,” terang dia, Minggu (6/6/2021).

Visi dan misi pada masa kampanye Pilwalkot 2020 lalu itu pun belum bisa diukur dalam 100 hari kerja. Kendati demikian, putra sulung Presiden Joko Widodo ini tetap berupaya semaksimal mungkin dalam memberikan pelayanan pada warga Kota Bengawan.

Berbagai masukan dari masyarakat pun selalu jadi prioritas untuk segera ditindaklanjuti. “Semua persoalan telah kami inventarisasi,” tegas Gibran.

Percepatan vaksinasi Covid-19 yang menjadi prioritas Gibran-Taguh sudah mulai menyentuh ke berbagai elemen di Kota Bengawan. Gebrakan lainnya adalah dengan memanfaatkan media sosial (medsos) untuk menampung keluhan masyarakat lewat gerakan Lapor Mas Wali.

Warga diberi kesempatan 24 jam nonstop untuk melapor atau mengeluhkan jika ada pelayanan atau permasalahan di lapangan melalui akun Instagram @gibran_rakabuming maupun pesan WhatApps di 081225067171. Setiap organisasi perangkat daerah (OPD) didorong untuk mengaktifkan akun media sosial untuk menampung keluhan masyarakat.

“Pemanfaatan media sosial ini mempermudah komunikasi antara warga dan pemerintah dalam penyampaian aspirasi maupun pengaduhan keluhan,” kata dia kala awal menginisiasi gerakan itu.

Gaya blusukan seperti yang dilakukan wali kota terdahulu, Joko Widodo dan F.X. Hadi Rudyatmo pun masih diteruskan guna melihat langsung permasalahan di tengah masyarakat.

Bahkan dalam sehari walikota bisa mengunjungi lima hingga sepuluh titik berbeda bertemu masyarakat. Hasilnya berbagai permasalahan dipetakan dengan cukup detail sehingga langka-langkah penanganan bisa segera ditindaklanjuti.

Sebagai contoh bersama jajaran pejabat pemkot meninjau titik-titik genangan di Kota Solo. Tak kurang dari tujuh lokasi rawan genangan ditinjau bersama dinas terkait agar penanganan langsung bisa dilakukan. Termasuk daerah bantaran sungai di berbagai wilayah yang sering banjir karena luapan sungai.

Walikota pun merencanakan penanganan banjir dengan membuat talut sungai di wilayah Pajang, Sondakan, Bumi, dan Laweyan, yang sering terdampak banjir luapan Kali Jenes dan Brojo.

“Akan ada penataan bantaran yang sering banjir. Kami inventaris dan data mana saja yang rawan dan perlu segera untuk ditangani,” terang dia saat meninjau lokasi.

Meski sudah berupaya maksimal, dalam 100 hari kerja ini semua belum bisa terealisasi. Wali kota juga membuka diri bila ada warga yang ingin mengevaluasi kinerjanya.

Di sisi lain, walikota juga meminta dukungan masyarakat agar program kerja bisa segera dilaksanakan. “Warga Solo berhak menilai saya. Jika ada kekurangan maka akan kami evaluasi,” tegas Gibran. (rs/ves/fer/JPR/JPC)

  • Bagikan