Luweng Tersumbat, Ratusan Rumah di Wonogiri Terendam

  • Bagikan
Pekarangan rumah warga di Paranggupito terendam air karena tersumbatnya luweng.

WONOGIRI, RAKYATJATENG – Banjir dipicu lubang luweng tersumbat melanda dua kecamatan di Wonogiri. Ratusan rumah tergenang air. Warga sempat mengungsi ke daerah aman.

Camat Paranggupito Sulistyani mengatakan, sejumlah desa terendam banjir setelah Sabtu malam (30/1) hingga Minggu dini hari (31/1), hujan deras mengguyur kecamatan paling selatan di Kota Sukses itu.

“Hujannya lama, banjir di sini karena luweng tersumbat. Selain itu, semalam (Sabtu malam) anginnya kencang. Listrik di beberapa lokasi juga padam,” jelasnya, Minggu (31/1) lewat sambungan telepon.

Sebagian warga yang rumahnya tergenang mengungsi ke lokasi lain yang tidak terdampak. Namun Minggu (31/1) warga sudah kembali ke rumahnya. “Minggu sudah mulai surut. Hasil panen pertanian warga ikut terendam banjir,” kata dia.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri Bambang Haryanto juga mengamini bahwa banjir di Paranggupito diawali oleh hujan deras Sabtu malam hingga Minggu dini hari. Selain di Paranggupito, banjir juga menggenangi wilayah Kecamatan Pracimantoro.

“Penyebab banjir-banjir ini sebagian besar karena luweng yang tersumbat. Permukiman warga pun jadi terdampak. Hampir setiap tahun terjadi banjir di daerah tersebut karena luweng (tersumbat),” urai dia.

Dia merinci, di Kecamatan Paranggupito, ada 52 rumah di 12 dusun lima desa terendam air. Di antaranya Desa Ketos, Sambiharjo, Johunut, Paranggupito dan Songbledek. Tak hanya rumah warga, musala di Dusun Ngasem, Desa Paranggupito juga terdampak banjir.

Di Dusun Sawit, Desa Paranggupito juga dilaporkan pohon tumbang yang melintang ke jalan. Sementara di Dusun Gemulung, Desa Johunut talut jalan sepanjang 60 meter longsor. “Sementara banjir di Pracimantoro ada 126 rumah terdampak banjir,” kata dia.

Ratusan rumah itu tersebar di enam dusun tiga desa yaitu Desa Joho, Desa Petirsari dan Sumberagung. Di Desa Sumberagung ada empat dusun yang dilanda banjir. Sementara desa lainnya masing-masing satu dusun.

Bambang menjelaskan, rata-rata air yang masuk ke permukiman warga setinggi 20-40 sentimeter. Sementara di luar permukiman, banjir bisa mencapai ketinggian 50-15 sentimeter. Di sejumlah lokasi, air bah masih menggenangi rumah warga hingga Minggu pagi.

“Kami kirimkan mobil pompa air portabel delapan dim. Kami juga bantu logistik untuk kerja bakti dan bagi teman-teman yang melakukan pemulihan,” kata dia.

Bambang menegaskan, kejadian tersebut tidak memakan korban jiwa atau luka. Pihaknya masih menghitung kerugian material akibat kejadian tersebut.

Sementara itu, jembatan yang menghubungkan Kecamatan Paranggupito Wonogiri dengan Desa Sadeng, Kecamatan Girisubo, Gunung Kidul putus. Kades Songbledek, Kecamatan Paranggupito Slamet Widodo membenarkan putusnya jembatan penghubung itu.

“Tapi jembatan itu sudah masuk wilayahnya Gunungkidul. Dari perbatasan desa kami jaraknya dua kilometer,” jelas dia.

Menurut Widodo, akses jalan utama menuju Sadeng, Gunung Kidul itu tak bisa dilalui kendaraan. Misal warga berencana menuju Sadeng (Gunung Kidul) harus memutar lewat Pracimantoro. Tidak ada jalan alternatif. (rs/fer/fer/JPR/JPC)

  • Bagikan