SURABAYA, RAKYATJATENG – Sebanyak 393 guru dari 3.882 guru Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Surabaya, Jawa Timur, yang melakukan tes usap (swab test) massal gratis dinyatakan positif virus corona (COVID-19).
“Jadi, tes usap untuk para guru ini akan terus kami lakukan. Meskipun banyak guru ditemukan positif, tapi tren kesembuhan di Surabaya juga sangat banyak. Yang sembuh itu lebih besar daripada yang sakit, setiap hari sekarang seperti itu,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Rabu (2/9/2020).
Tes usap massal akan terus dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 dan mengobati yang sakit. Bahkan, ia mengaku tidak terlalu mengurusi mutasi virusnya. “Fokus saya, ya, memutus mata rantai penyebarannya, dan mengobati yang sudah sakit,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPB) Linmas Surabaya Irvan Widyanto menjelaskan bahwa hingga saat ini total sudah ada 3.882 guru yang sudah melaksanakan tes usap massal gratis dari pemkot.
Dari keseluruhan tersebut, baru 3.082 spesimen yang sudah keluar hasilnya melalui uji PCR Labkesda Surabaya. Dari 3.082 spesimen yang keluar, diketahui 393 di antaranya positif COVID-19.
Jumlah ini sama dengan 13 persen dari keseluruhan guru yang dites, sementara sisanya yaitu 2.675 atau 87 persen dinyatakan negatif COVID-19.
“Untuk guru yang positif langsung kami isolasi. Kalau yang sakit dibawa ke rumah sakit rujukan, sementara yang tanpa gejala dikarantina di Hotel Asrama Haji,” katanya.
Irvan mengatakan dalam sehari Pemkot Surabaya bisa melakukan tes usap terhadap ratusan orang guru. Pada Selasa (1/9) saja, ada 606 guru yang mengikuti tes usap massal di Labkesda Gayungan. Mereka merupakan guru SD, baik negeri maupun swasta yang berasal dari wilayah Surabaya Barat.
“Biasanya kami lakukan tes usap massal itu hingga pukul 11.00 WIB. Alhamdulillah selalu berjalan lancar dan para guru terlihat sangat antusias,” ujarnya.
Mantan Kasatpol PP Surabaya ini juga menjelaskan bahwa tes usap ini tidak berkaitan dengan rencana pembukaan kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah. Sebab, ia memastikan bahwa hingga saat ini rencana tersebut masih dievaluasi untuk menemukan formula yang tepat agar bisa meminimalisir penularan COVID-19 di sekolah.
“Kami cari yang terbaik. Kami utamakan pencegahan, jangan sampai terjadi penularan. Tidak harus menunggu semua guru sembuh, karena ini hal yang tidak berkaitan,” katanya. (Antara)