SUKOHARJO, RAKYATJATENG – Pihak keluarga korban pembunuhan satu keluarga di Dusun Slemben Desa Duwet, Kecamatan Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah, masih mengosongkan rumah milik korban, yang sekaligus menjadi lokasi terjadinya tragedi berdarah itu. Namun, setelah garis polisi dibuka, keluarga dan warga selalu menggelar pengajian setiap malam.
Rumah almarhum Suranto, 43, dan keluarga kini terlihat terbuka, bersih, dan terang. Sebelumnya, rumah tersebut memang tampak rimbun dengan pepohonan rindang. Sejak garis polisi dibuka pada Rabu (26/8) lalu, keluarga dibantu warga setempat membersihkan tempat kejadian perkara pembunuhan sadis itu.
“Sekarang rumah sudah bersih. Habis police line dibuka langsung gotong royong keluarga dan warga Dusun Slemben,” kata M. Samrodin mewakili keluarga korban.
Dia itu menyebut bahwa setiap malam, keluarga dan warga menggelar doa bersama di rumah almarhum Suranto. Malam ini juga digelar doa bersama keluarga dan warga setempat.
“Setiap malam ada doa bersama,” tutur pria yang juga menjadi politisi dari PKS itu.
Diakui Samrodin, pihak keluarga belum membahas rencana ke depan terkait rumah itu. Untuk sementara, rumah tidak ada yang menempati.
“Keluarga belum memikirkan rumah itu nantinya bagaimana. Yang pasti sudah dibersihkan, sudah digunakan untuk doa bersama,” kata dia.
Dikutip dari Jawa Pos Radar Solo, di dalam rumah almarhum Suranto, kondisi rumah sudah dalam keadaan bersih. Lantai tempat jasad satu keluarga itu ditemukan sudah mengkilap. Rumah bergaya modern minimalis itu sudah tidak meninggalkan sisa-sisa peristiwa keji. Hanya saja, di kamar mandi masih menyisakan bekas tanda dari polisi.
“Saya masuk ke sini (kamar mandi) masih ada bekas darah, Henry (tersangka) habis membunuh membersihkan diri di kamar mandi ini,” kata Saryanto, salah satu kakak korban Suranto.
Saryanto juga menunjukkan ruang keluarga tempat ditemukan jasad Suranto, Sri Handayani, dan anak sulungnya yang tergeletak. Suranto dan Sri Handayani telungkup di area depan televisi, membujur tepat menuju ke arah dapur. Sementara anak sulungnya telentang di depan pintu.
“Kalau yang kecil, di sini (di dalam kamar). Jadi dia bangun, menangis lalu dibunuh di dalam kamar,” ucap Saryanto menahan haru. (rs/kwl/per/JPR/JPC)