BOYOLALI, RAKYATJATENG – Sudah dua tahun Gunung Merapi menyandang status waspada. Saat ini terjadi penggembungan atau deformasi. Meski masih terbilang lambat, namun berbagai kesiapan hadapi erupsi terus dimatangkan.
Kepala pelaksana harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali Bambang Sinungharjo mengatakan, kerja sama kemanusiaan antara Pemkab Boyolali dan Magelang terus ditingkatkan. Itu untuk mengantisipasi erupsi Merapi yang bisa terjadi kapan saja.
Selain itu, kedua daerah menjalin sister village atau desa bersaudara antara Desa Klakah, Kecamatan Selo, Boyolali dengan Desa Gantang, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. “Latihan simulasi evakuasi sudah digelar beberapa kali. Masyarakat sudah siap bila sewaktu-waktu terjadi erupsi. Kita siap selamat, kita jaga alam, alam jaga kita,” terang Sinung.
Menurutnya, kerja sama desa bersaudara semakin erat. Desa bersaudara dibentuk sejak 2018. Masyarakat bisa langsung mengungsi ke desa yang ditunjuk sebagai lokasi pengungsian.
“Tak hanya warga yang diungsikan ke desa bersaudara, termasuk hewan ternak juga diangkut. Hewan-hewan ternak warga akan ditampung di lokasi yang telah ditentukan. Bisa di lapangan desa atau di pasar hewan Jelok, Cepogo,” tambah Sinung.
Kepala Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Tumar mengatakan, kesadaran masyarakat tentang erupsi Merapi sudah tinggi. Setiap ada kesempatan, pihaknya terus sosialisasi kepada masyarakat. Bahkan, warga di setiap RT di 13 dusun Desa Jrakah, Kecamatan Selo telah menggalakkan ronda malam sebagai langkah mitigasi erupsi Gunung Merapi.
“Selama 10 hari terakhir ini warga memang sering merasakan adanya lindu atau gempa bumi kecil, kemungkinan dampak aktivitas Gunung Merapi, tetapi mereka tetap bekerja seperti biasa di ladang,” kata Tumar.
Pihaknya juga sudah melakukan pendataan kendaraan persiapan transportasi untuk evakuasi warga menuju ke daerah aman bencana. Jadi, kendaraan roda empat di setiap RT sudah didata dan titik kumpul juga sudah ditentukan.
Warga sudah berpengalaman karena sudah mengalami kejadian erupsi tahun-tahun sebelumnya. “Kami juga sudah mendata jumlah hewan ternak sapi dan kambing milik warga. Kendaraan evakuasi ternak sudah disiapkan oleh tim siaga desa (TSD),” katanya.
Menurut Tumar, warga penduduk di Desa Jrakah sebanyak 4.430 jiwa. Sedangkan ternak sapi ada 824 ekor dan kambing 254 ekor. Jika terjadi erupsi, warga langsung menuju titik kumpul masing-masing RT/RW untuk dievakuasi di tempat aman.
Tumar menyebut, dusun di Desa Jrakah Boyolali yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III meliputi Dusun Sepi, Kajor, Tosari, Jarak, dan sebagian Dusun Jrakah. Jaraknya sekitar 3,5 hingga 4 kilometer dari puncak Merapi.
Selain itu, Tumar juga mengimbau masyarakat, dalam memasuki normal baru di tengah pandemi Covid-19 bisa saling menjaga dan menghindar dari kerumunan massa untuk mencegah penyebaran virus. Masyarakat yang mempunyai hajatan harus menerapkan protokol kesehatan mengenakan masker dan selalu mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak dengan orang lainnya. (rs/wid/per/JPR)