SOLO, RAKYATJATENG – Distribusi bantuan sosial tunai (BST) senilai Rp 600 ribu terus dilakukan Pemkot Solo, Jawa Tengah. Di Kelurahan Gilingan, sejumlah penerima bantuan ganda maupun yang merasa mampu mengembalikan bantuan untuk diberikan kepada lainnya, Sabtu (16/5). Namun, ada pula yang iri dengan beragam alasan.
Lurah Gilingan Joko Partono mengungkapkan, sebanyak 1.831 kepala keluarga (KK) di wilayahnya terdaftar sebagai penerima BST. Hanya saja, penyaluran BST tahap pertama baru diterima 1.331 KK, sisanya masih menunggu instruksi selanjutnya.
“Penyaluran (BST) tahap pertama dilakukan Sabtu ini dan besok (hari ini). Soal jumlah penerima bantuan, tentu belum ideal. Makanya, warga yang belum ter-cover BST di-cover pakai bantuan sembako dari pemkot,” bebernya.
Joko mengamini cukup banyak warga yang sadar diri mengembalikan bantuan karena telah menerima dari pos lainnya. Ada pula yang merasa mampu secara ekonomi enggan terima bantuan.
“Jumlahnya ada puluhan. Jatah yang mengembalikan ini dikoordinasikan dengan kelurahan dan RT/RW setempat untuk dialihkan ke warga lain yang lebih membutuhkan,” ungkap dia.
Di lain sisi, ada pula warga yang merasa iri karena belum mendapatkan BST. Setelah diberi pengertian bahwa penerima BST hanya bagi mereka yang belum ter-cover bantuan dari pos lain, akhirnya warga bersangkutan paham.
“Warga yang iri pasti ada. Tapi sudah diberi penjelasan. Toh kalau dinominalkan (BST dibandingkan dengan jenis bantuan lainnya), hanya selisih sedikit,” tuturnya.
Pantauan Jawa Pos Radar Solo, sebelum menerima BST, warga diminta menunjukkan sejumlah dokumen seperti KK (kartu keluarga), KTP, dan undangan terkait. Setelah semuanya klir, baru diizinkan menerima uang tunai Rp 600 ribu.
“Saya pikir bakal berdesakan. Ternyata sudah diatur, jadi tidak menunggu (antrean) lama. Uang ini untuk keperluan ke depan karena kalau sudah dapat ini tidak dapat sembako dari pemkot,” jelas Daswarto, 74, warga yang hidup sebatang kara di Kampung Cinderejo Kidul RT 02 RW 08 itu.
Warga lainnya Fajar Tri Margono, 52, menuturkan, bulan sebelumnya, dia mendapatkan bantuan sembako dari pemkot. Karena kali ini sudah mengantongi BST, bantuan sembako distop. “Aturannya memang seperti itu,” ujarnya.
Sementara itu, pendistribusian BST di Kelurahan Gilingan juga dihadiri Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo. Dia mengapresiasi masyarakat yang tertib dan mematuhi protokol kesehatan.
“BST ini beda dengan BLT (bantuan langsung tunai). BST ini untuk cover (terdampak) korona. Jadi semua bisa dapat, tapi hanya tiga bulan. Mulai April, Mei, Juni. Ini yang dibagikan Mei dulu, April, Juni bisa dirapel atau satu-satu,” terangnya.
Sesuai regulasi, penerima BST bukan mereka yang telah menerima program keluarga harapan (PKH), kartu sembako, paket sembako, bantuan pangan non tunai (BPNT) lain, hingga kartu prakerja. Juga tidak terdaftar sebagai penerima bansos sembako dari Pemkot Surakarta.
“Kendala tidak ada. Hanya beberapa yang dapat PKH, BPNT, dapat juga BST. Tapi mereka sadar mengembalikan. Jadi penerima BST bisa juga warga yang bulan lalu dapat bantuan sembako dari pemkot. Namun untuk bulan ini karena sudah ada BST, mereka tak dapat sembako. Harus pilih salah satu,” beber wali kota.
Soal warga yang protes karena tak dapat BST, Rudy memastikan sudah menjelaskan skema penerimaan BST. “Ada satu keluarga agak crigis (protes tak dapat BST). Setelah kami klarifikasi, ternyata bapaknya dapat PKH dapat BPNT, tapi masih saja minta BST. Ya tidak bisa. Tak boleh dapat dobel bantuan baik dari APBN maupun APBD,” pungkasnya. (ves/wa/ria)
(rs/ves/per/JPR/JPC)