WONOGIRI, RAKYATJATENG – Warga sekitar tak tahu menahu soal aktivitas pabrik pupuk palsu di Gedong, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Setahu mereka, selama ini pabrik ini memproduksi kalsit.
Ketika polisi menggerebek lokasi itu, warga mengaku kaget. “Sebelumnya di situ untuk penyimpanan kayu bakar,” ujar Wakijo, warga setempat.
Dia mengaku tak tahu menahu sejak kapan pabrik tersebut memproduksi pupuk palsu. Menurutnya, warga di sana sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sehingga kurang mengetahui aktivitas di dalam bangunan itu.
Sriyono, 36, salah satu pekerja pabrik mengaku bahwa dia hanya mengetahui kalau pabrik tersebut membuat bahan pupuk. Sepengetahuan dia, sudah sejak lama pabrik tersebut memproduksi kaolin. Baru sekitar dua bulan ini memproduksi pupuk. “Tapi saya tidak tahu menahu kalau pupuk tersebut palsu,” ujarnya.
Dia menambahkan, ada 11 karyawan yang bekerja di pabrik itu. Namun hanya sekitar lima sampai tujuh karyawan yang biasanya datang bekerja setiap hari. Rata-rata mereka berdomisili di Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, dan Kecamatan Rongkop, Gunungkidul. “Bahan baku yang digunakan itu kalsit, baras, dan kalau yang hitam arang,” jelasnya.
Sriyono mengaku baru bekerja di pabrik itu selama tujuh bulan. Masuk kerja pukul 07.30 dan pulang pukul 16.00. Namun, tidak setiap hari para pekerja masuk. Setiap orang dibayar Rp 70 ribu per hari
Terkait temuan ini, Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengaku prihatin. Di Wonogiri terdapat 2.429 kelompok tani dan 290 gapoktan. Selain itu, ada 291 kios pupuk lengkap yang tersebar di seluruh kecamatan.
“Dalam kurun waktu yang sudah berjalan, Kabupaten Wonogiri tidak pernah mendapatkan aduan. Tidak pernah menemukan produk pupuk palsu atau produk ilegal,” jelas pria yang akrab disapa Jekek ini.
Jekek mengatakan, sinergi antara TNI-Polri dan masyarakat berjalan dengan baik. Dia memastikan, poktan, gapoktan atau masyarakat petani belum pernah memberikan laporan terkait indikasi beredarnya pupuk palsu di wilayah Wonogiri. Atas temuan ini, maka akan menjadi bahan evaluasi.
“Ke depan akan kami lakukan evaluasi secara berkala, termasuk pertemuan secara rutin dengan poktan dan gapoktan yang sebenarnya rekan-rekan media dari Wonogiri sudah mengetahui,” jelasnya.
Dia berpesan kepada para petani agar melaporkan persoalan-persoalan sekecil apapun yang berpotensi merugikan petani. “Bisa lewat surat, bisa lewat WA, atau apa pun. Karena saya yakin nomor handphone kami, nomor humas kami masing-masing kelompok tani sudah mendapatkan akses untuk memberikan komplain, sumbang saran masukan sebagai fungsi kontrol agar pemerintahan ini berjalan dengan baik,” jelasnya.
Dia meminta maaf dan berterima kasih kepada Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel karena sudah melakukan tindakan langsung. Dia berharap hal ini bisa menginisiasi dalam mewujudkan kerja yang lebih profesional lagi ke depan. (rm2/bun)
(rs/ria/per/JPR/JPC)