Mengintip Upacara Sakral Kaisar Jepang, Naruhito Resmi Naik Takhta

  • Bagikan
Kaisar Naruhito naik takhta menggantikan Kaisar Akihito. (JapanPool/AFP/STR)

RAKYATJATENG – Jepang resmi memiliki Kaisar baru. Dia adalah Putra Mahkota Naruhito. Naruhito resmi menggantikan tampuk kekuasaan sang ayah, Kaisar Akihito, yang telah resmi turun takhta pada Selasa (30/4) waktu setempat.

Sebagaimana JawaPos.com lansir dari AFP, posisi Kaisar Akihito digantikan oleh Putra Mahkota Naruhito mulai Rabu (1/5). Upacara singkat penyerahan tanda kekaisaran suci berlangsung di Istana Kekaisaran. Naruhito yang berusia 59 tahun secara resmi menggantikan peran sang ayah, Akihito, yang turun takhta di usia 85 tahun.

Akihito dikenal sebagai raja yang sangat merakyat dengan masyarakat. Dia pun populer karena membawa keluarga kerajaan lebih dekat kepada warganya. Sementara Naruhito akan mewarisi style kepemimpinan sang ayah yang menekankan pesan perdamaian dan kekaisaran yang lekat dengan masyarakat.

“Dalam mengaksesi takhta, saya bersumpah bahwa saya akan merefleksikan secara mendalam pada ketentuan Yang Mulia Kaisar Emeritus dan mengingat jalan yang dilalui oleh kaisar-kaisar masa lalu, dan akan mengabdikan diri saya untuk perbaikan diri,” kata Naruhito dalam pidato pertamanya di Istana Kekaisaran Jepang.

Dia mengaku akan bekerja dan melayani rakyat sesuai konstitusi dan selalu memperhatikan nasib rakyat. “Saya akan bekerja demi persatuan rakyat Jepang, juga selalu mementingkan masyarakat dan berdiri bersama mereka,” tambahnya.

Kaisar Naruhito mengenyam pendidikan di Universitas Oxford. Dia bersama dengan istrinya, Masako, seorang mantan diplomat dengan gelar sarjana dari Harvard, mewakili pandangan kosmopolitan di Jepang. Dalam pernyataan singkatnya, Naruhito percaya bahwa monarki harus menyesuaikan diri dengan modernitas.

Upacara penyerahan kekuasaan dimulai dengan Kaisar memasuki Ruang Pinus di Istana Kekaisaran Jepang. Tampak Naruhito mengenakan texudo hitam ditemani oleh anggota keluarga laki-laki termasuk saudaranya, Akishino. Upacara digelar tertutup dan terlarang bagi perempuan anggota keluarga kaisar, kecuali seorang pejabat di kabinet pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe. Bahkan istri Naruhito, Putri Masako, tak boleh ikut dalam penobatan tersebut.

Tidak lama setelah penobatan, Permaisuri Masako tiba di istana menggunakan mobil untuk bergabung dengan suaminya yang telah menjadi kaisar ke-126 negara itu. Dia mengatakan akan merenungkan secara mendalam wasiat Emeritus Akihito serta menjadikannya sebagai panutan. Masako juga berjanji akan mendampingi suaminya dengan penuh pengabdian kepada warga Jepang.

Di bawah kekaisaran Naruhito, dia berjanji akan melanjutkan haluan yang telah dirintis orang tuanya. Masa kekuasaan Naruhito akan disebut era ‘Reiwa’ atau artinya harmoni nan indah. Era ini akan berlangsung sepanjang masa pemerintahan Naruhito.

Seperti sudah kami beritakan sebelumnya, Kaisar Emeritus Akihito menaiki takhta Tenno Jepang pada 7 Januari 1989. Ayahnya Kaisar Hirohito dikenal dunia sebagai Kaisar yang memimpin Jepang memasuki Perang Dunia ke-2 melawan AS dan akhirnya harus mengumumkan kapitulasi 15 Agustus 1945. Sebelumnya, AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang memusnahkan ratusan ribu orang.

Setelah kalah perang, Kaisar Akihito ingin membangun citra monarki seperti di Inggris. Takhta kekaisaran tidak mencampuri lagi urusan pemerintahan sehari-hari, melainkan lebih berfungsi sebagai pemersatu dan tokoh bangsa.

Berbeda dengan ayahnya Hirohito yang dihormati sekaligus sangat disegani pejabat dan rakyat, Kaisar Akhito ingin tampil lebih dekat dengan warga. “Saya ingin, sama seperti kaisar-kaisar sebelum saya, melihat rakyat yang sejahtera, pada saat yang sama saya ingin kekaisaran yang sifatnya lebih cocok untuk masa kini,” katanya ketika beberapa bulan setelah menjabat.

(JPC)

  • Bagikan