RAKYATJATENG – Serangan bom bunuh diri terhadap pengunjuk rasa dan ledakan bom di depan sekolah putri di Afghanistan Timur menewaskan sedikitnya 33 orang pada hari Selasa karena gelombang serangan baru-baru ini di seluruh negeri terus berlanjut.
Dilansir Al Jazeera pada Selasa, (11/9), Juru Bicara Gubernur Ataullah Khogyani mengatakan, seorang pelaku bom bunuh diri menargetkan sekelompok orang yang menuntut pemecatan komandan polisi setempat di Distrik Achin Provinsi Nangarhar.
Tiga puluh dua orang tewas dan setidaknya 130 orang terluka dalam ledakan itu. “Semua orang yang tewas adalah warga sipil dalam serangan itu,” kata Khogyani, menambahkan sejumlah orang yang terluka berada dalam kondisi kritis.
Media setempat melaporkan ratusan pengunjuk rasa dari Distrik Achin berkumpul di Distrik Mohmand Dara dekat jalan raya Jalalabad-Torkham ketika pengebom meledakkan bomnya. Alasan unjuk rasa terhadap kepala polisi tidak jelas.
Serangan bom bunuh diri yang mematikan itu terjadi beberapa jam setelah beberapa pengebom menargetkan sekolah-sekolah di Ibu Kota Nangarhar, Jalalabad. Satu ledakan terjadi di pintu masuk sekolah putri Malika Omaira di pagi hari, menewaskan seorang bocah 14 tahun dan melukai empat orang lainnya. Itu diikuti oleh dua ledakan di distrik Behsud, juga dekat dua sekolah.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengutuk serangan bunuh diri di antara para pengunjuk rasa, serta pengeboman sekolah di Nangarhar. Taliban membantah terlibat dalam serangan itu dan tidak ada kelompok lain yang mengaku bertanggung jawab atas kekerasan itu. Nangarhar telah menjadi benteng utama ISIS sejak awal 2015.
Sejumlah serangan di seluruh Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir telah menewaskan ratusan warga sipil dan wartawan terkemuka. Pengeboman kembar di sebuah klub olahraga di Ibu Kota Kabul Rabu lalu menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai 70 lainnya. Dua wartawan yang bekerja untuk Tolo News setempat termasuk di antara yang tewas.
Pada hari Minggu, seorang pembom bunuh diri meledakkan bahan peledaknya dekat dengan prosesi memperingati kematian mantan komandan anti-Soviet dan anti-Taliban, Ahmed Shah Massoud, menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai 24 lainnya. (ina/JPC)