86 Orang Tewas Akibat Bentrokan Sengit Petani dan Penggembala di Nigeria

  • Bagikan

PLATEAU, RAKYATJATENG – Setidaknya 86 orang tewas di Nigeria Tengah usai bentrokan sengit antara petani dan penggembala ternak di Provinsi Plateau, Nigeria. Seperti dilansir BBC pada Selasa (25/6), beberapa laporan mengatakan, pertempuran dimulai pada Kamis ketika petani etnis Berom menyerang penggembala Fulani, yang menewaskan lima dari mereka.

Serangan balasan pada Sabtu menyebabkan lebih banyak kematian. Daerah ini memang memiliki sejarah kekerasan selama puluhan tahun antara kelompok etnis yang bersaing untuk mendapatkan lahan.

Meski jam malam telah diberlakukan di tiga bagian di Provinsi Plateau, namun pula tidak membuahkan hasil. Komisioner Polisi Undie Adie mengatakan, setelah pertumpahan darah terjadi terdapat 86 orang tewas dan enam terluka. Sebanyak 50 rumah telah dibakar, 15 sepeda motor, dan dua kendaraan juga dibakar.

Wartawan BBC Stephanie Hegarty di Lagos, Nigera mengatakan, konflik kuno ini memulai babak kebrutalan baru. Di wilayah tengah Nigeria, komunitas pertanian menetap dan penggembala ternak nomaden sering berbenturan, biasanya atas akses ke tanah dan hak penggembalaan.

Namun bentrokan-bentrokan ini telah meletus menjadi perang antarkomunal, menewaskan ribuan orang pada tahun lalu. Wilayah ini juga menjadi tempat Muslim di utara bertemu umat Kristiani di selatan rentan terhadap gesekan agama. Penggembala adalah etnis Fulani yang kebanyakan Muslim, sedangkan petani kebanyakan Kristen.

Tapi tidak jelas alasan lonjakan kekerasan ini terjadi. Presiden Nigeria telah berulang kali menyalahkan eskalasi peningkatan senjata api yang datang dari Libya. Pihak lain menyalahkan kegagalan pasukan keamanan di sebuah negara yang sibuk memerangi dua pemberontakan, yakni Boko Haram di utara dan militan di daerah penghasil minyak di selatan.

Gubernur Provinsi Plateau Simon Lalong mengatakan, timnya sedang mengamankan masyarakat yang terkena dampak bentrokan dan menangkap para pelaku kejahatan.

Presiden Nigeria Muhammadu Buhari yang merupakan seorang etnis Fulani berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mengatasi ketegangan menjelang Pemilu 2019. Pada Januari, ia memerintahkan kepala polisi untuk mengatasi bentrokan di sana.

Pasukan khusus juga dikerahkan ke Benue, Nasarawa, dan Taraba untuk mengamankan masyarakat yang rentan bentrok dan mencegah serangan lebih lanjut. Di Nigeria, beberapa orang terus hidup sebagai penggembala semi-nomaden, sementara yang lainnya pindah ke kota. (ina/ce1/JPC)

  • Bagikan