Lelaki Serang Serombongan Anak Pulang Sekolah dengan Pisau, 7 Anak Tewas, 12 Luka

  • Bagikan

RAKYATJATENG – Sebanyak tujuh anak tewas dan 12 lainnya terluka ketika secara tiba-tiba ditusuk oleh seorang pria dalam perjalanan pulang dari sekolah di China utara pekan ini.

Kantor keamanan umum Kabupaten Mizhi di provinsi Shaanxi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pelaku adalah seorang pria berusia 28 tahun bernama Zhao dari Desa Zhaojiashan. Dia ditangkap tak lama setelah kejadian. Sedangkan anak-anak yang terluka dibawa ke rumah sakit.

Akibat serangan itu, lima anak perempuan dan dua anak laki-laki tewas. Sedangkan 12 orang terluka yang terdiri dari sembilan anak perempuan dan tiga anak laki-laki.

Usia anak-anak tidak diungkapkan, tetapi anak sekolah menengah di China biasanya berusia antara 12 dan 15 tahun.

Tersangka mengatakan kepada pihak berwenang bahwa dia telah ditindas ketika dia masih menjadi murid di sekolah. Karena itulah dia membenci teman-teman sekelasnya dan memutuskan untuk menggunakan pisau belati untuk membunuh orang pada hari Jumat kemarin (27/4).

Penikaman massal tidak jarang terjadi di Tiongkok. Pada bulan Februari, seorang pria membunuh seorang wanita dan melukai 12 lainnya di sebuah pusat perbelanjaan Beijing yang sibuk.

Pada Mei tahun lalu, seorang pria dengan masalah kesehatan mental menewaskan dua orang dan melukai 18 lainnya di provinsi Guizhou barat-selatan.

Penyerang juga semakin menarget anak sekolah. Pada Januari 2017, seorang pria bersenjata dengan pisau dapur melukai 11 anak di taman kanak-kanak di daerah otonomi Guangxi Zhuang.

Pada Februari 2016, seorang penyerang melukai 10 anak di Haikou, di provinsi selatan pulau Hainan, sebelum bunuh diri.

Otoritas China telah meningkatkan keamanan di sekitar sekolah dan juru kampanye telah menyerukan lebih banyak penelitian tentang penyebab tindakan tersebut.

Kejahatan yang kejam telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir ketika ekonomi negara itu telah meledak dan kesenjangan kesetaraan kekayaan telah meningkat.

Studi juga menunjukkan peningkatan masalah kesehatan mental, dengan beberapa terkait dengan stres karena laju kehidupan menjadi lebih cepat dan sistem pendukung menurun. Demikian seperti dimuat The Guardian. (rmol)

  • Bagikan