CURITIBA, RAKYATJATENG – Eks Presiden Brazil, Luiz Inacio Lula da Silva, dimasukkan ke penjara di Curitiba untuk menjalani hukuman 12 tahun penjara karena kasus korupsi. Sebelumnya, ikon sayap kiri Brazil ini melakoni ‘drama’ karena sempat menolak dipenjara.
Dilansir AFP, Minggu (8/4), pria 72 tahun itu dibawa helikopter polisi dan tiba di Curitiba, Sabtu (7/4) waktu setempat. Curitiba adalah kota di selatan, tempat investigasi kasus ‘cuci mobil’ yang melibatkan Lula dijalankan.
Helikopter mendarat, demonstrasi menyeruak. Kembang api menyalak di sana-sini. Polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata. Delapan orang terluka ringan, termasuk salah satunya kena terjangan peluru karet. Demikian dilaporkan kantor pemadam kebakaran setempat.
Empat hari sudah Brazil diguncang kekacauan akibat kasus Lula. Soalnya, Lula adalah tokoh populer kiri yang didukung banyak orang. Dia berasal dari Partai Buruh.
Dia dinyatakan bersalah karena mengambil untung dalam bentuk apartemen mewah sebagai suap dari perusahaan konstruksi. Ini adalah kasus yang dikenal dengan nama skandal ‘cuci mobil’. Lula sendiri menyatakan dakwaan terhadap dirinya adalah kecurangan belaka.
Meski terlibat skandal korupsi, namun popularitas Lula masih teratas di antara kandidat-kandidat capres lainnya. Memang akan ada Pilpres di Brazil pada Oktober nanti. Lula sebelumnya bahkan meminta ke Mahkamah Agung di Brazilia agar hukumannya ditunda.
Sehari sebelumnya, dia sempat bertahan dari penindakan penegak hukum. Dia bertahan di rumahnya, di Sao Bernando do Campo, pinggiran Sao Paulo. Rumahnya itu dikelilingi oleh ribuan pendukung yang berasal dari serikat buruh logam (metal).
Kemudian hari ini, dia setuju untuk dibawa ke tahanan. Saat dibawa keluar, para pendukungnya berteriak, “Jangan menyerah, tetap di sini Lula!”
Sel penjara untuk Lula punya kondisi yang cukup bagus untuk ukuran Brazil, negara yang terkenal punya penjara sarat aksi kekerasan dan kelebihan muatan. Bahkan penjara untuk Lula dilengkapi shower dan toilet.
Lula dikenal sebagai Presiden Brazil dengan program sosial yang ambisius. Dia sangat percaya diri menempatkan Brazil di dunia internasional. Namun kini Lula benar-benar masuk ke ruangan di balik jeruji besi.
“Ini jelas merupakan kejutan, melihat seorang tokoh yang mempelopori gelombang ‘kiri baru’ di Amerika Latin, dijebloskan ke penjara,” kata ahli politik Amerika Selatan dari American University School of Public Affairs, William LeoGrande.
Komentar lainnya, pemenjaraan Lula bakal menjadikan kubu kiri lebih sengit dalam pergerakannya. Mereka jelas sangat kecewa dengan perlakuan negara terhadap tokoh populernya itu.
“Lula adalah kandidat reformis, kiri yang non-revolusioner, lebih bersahabat dengan pasar. Kubu kiri yang lebih moderat ini dikalahkan karena dia bertaruh di permainan demokrasi dan sekarang aturan ini telah merusaknya,” kata penasihat akademis di Pusat Keterbukaan dan Pengembangan Amerika Latin (CADAL), Patricio Navia.
“Dan akibatnya, ini malah menjadi lebih radikal,” imbuh Patricio Navia. (dtc)