FAJAR.CO.ID, – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman telah menggelar rapat, sekaligus membentuk tim untuk merespon harga beras dan harga gabah dari hasil panen petani Indonesia.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian sudah melakukan MoU dengan pihak Bulog, BRI, PPL dan Babinsa untuk menyerap atau membeli hasil beras dari petani.
Dalam hasil rapat tersebut, Menteri Amran mengelurkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) soal pembelian harga beras dan gabah, serta mengintruksikan agar target per semester ini bisa mendapatkan 2,2 juta ton beras dan 4’4 juta ton gabah dari sentra produksi padi seluruh Indonesia hingga bulan Juni mendatang.
“Kami sudah bentuk tim, untuk wilayah sentra produksi padi seluruh Indonesia. Jadi total 2,2 juta ton beras sampai Juni. Kalau gabah 4,4 juta ton. Ini sudah menjadi keputusan,” kata Menteri Amran di Desa Mancagahar, Kecamatan Pamengpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar).
Kata Menteri Amran, seluruh beras akan dibeli oleh Bulog selaku pembeli yang sah, baih kualitas rendah hingga kualitas terbaik, yakni kadar air tinggi, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) hingga komersil.
“Harga diluar kualitas, maksudnya kadar air tinggi, Bulog tidak bisa serap. Kita langsung memasang 30 persen. Permentan sudah kami keluarkan. Kalau kadar airnya tingi kita langsung beli,” tegasnya.
Dengan Permentan yang sudah disahkan itu, petani Indonesia dipastikan tidak akan merugi meski hasil panen beras mereka kurang berkualitas atau kadar airnya tinggi.
“Jadi beras tipe fleksibilitas itu harganya 10 persen diatas HPP, Rp 4000 lebih. Petani jangan biarkan merugi. Komersil, harganya tinggal diskusinya bulog dengan tim sergap dan petani,” jelas Mentan.
Diketahui, sebelum melakukan panen di Garut, Mentan juga sempat menghadiri panen di tempat lain, hingga keseluruhan panen untuk wilayah Jabar mencapai 230.000 hektar. Artinya, produksi total 1,6 juta ton gabah dan 800 ribu ton beras secara keseluruhan per bulan Februari. (Aiy/Fajar)