FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Habib Rizieq Syihab (HRS) memperlihatkan keharmonisannya di Tanah Suci Mekkah. Pertemuan mendadak keduanya, tidak lain untuk memperkuat serta membesarkan gerakan solidaritas Aksi Bela Islam.
Suka atau tidak, kiprah UAS dan HRS telah memasuki sentrum dinamika politik nasional. Gerakan religi yang mereka tularkan secara efektif telah memantik kesadaran umat secara masif.
Menurut Ketua Progres 98, Faizal Assegaf, hal itu tentunya berdampak bagi para petinggi yang bertolak belakang dengan kedua ulama kondang tersebut. Rangkaian kriminalisasi dan persekusi kepada HRS, UAS dan para tokoh Islam lainnya, memberi indikasi kuat bahwa pejabat istana telah terjebak dalam ketakutan luar biasa.
“Saya kira, semua pihak sudah bisa menangkap pesan politik di balik pertemuan UAS dan HRS di Mekah,” jelasnya.
Puncak dari solidaritas Bela Islam dengan ciri dan pendekatan aksi superdamai tahun depan, melalui jalur konstitusional Pilpres 2019.
Skenario politik yang demikian sah saja, menurut Faizal, tidak bisa dihalangi oleh kekuatan apapun. Semua pihak bebas menyalurkan aspirasi dalam berdemokrasi.
“Dan sudah pasti memasuki tahun 2018, eskelasi gerakan Aksi Bela Islam akan jauh lebih besar dari tahun 2016 dan 2017,” lanjut salah satu pendiri Presidium Alumni 212 ini.
Faizal juga membeberkan, dalam puncak Aksi Bela Islam 2018, akan ada kejutan politik yang mampu menggetarkan hati nurani rakyat. (*)