FAJAR.CO.ID, TARAKAN – Tak butuh waktu lama bagi jajaran Polres Tarakan mengungkap pelaku pembuang bayi di Kelurahan Juwata Kerikil, Kecamatan Tarakan Utara, Sabtu (2/12) lalu.
Pelakunya berinisial IR (22) yang merupakan seorang wanita dan teman prianya berinisial AR (22). Mereka diamankan pada Sabtu (9/12) dini hari, sekitar pukul 02.30 Wita, saat keduanya menginap di salah satu hotel di Tanjung Selor, Bulungan.
Pagi harinya, IR dan AR langsung di bawa ke Tarakan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Saat tiba di Pelabuhan Tengkayu, IR berusaha menutupi wajahnya dengan kain agar tidak diketahui masyarakat.
Pelaku wanita berinisial IR beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Sebengkok. Sementara AR , tinggal di Kelurahan Karang Anyar Pantai. Keduanya masih beratatus mahasiswa semester akhir di universitas negeri di Kaltara. Bahkan, sama-sama mengenyam pendidikan di fakultas dan jurusan yang sama.
Namun, sebelum ditangkap di Tanjung Selor, pelaku sempat berada di Berau. Polisi yang sudah mencium jejak mereka, langsung bergerak memburu keduanya dengan membagi dua tim.
“Hari Rabu (6/12), kami sudah dapat bukti-bukti yang cukup kuat, mengarah pada yang bersangkutan. Kamis (7/12), kami melakukan trek dari para pelaku ini. Kebetulan memang dari hasil pengecekan tersebut berada di Berau. Jadi waktu itu kami perintahkan tim untuk lidik ke sana. Setelah sampai kroscek di sana (Berau), yang bersangkutan arah kembali ke sini. Karena pada waktu itu kami bagi dua tim, tim pertama untuk lidik ke sana, yang satu tim periksa di sini untuk instens memeriksa saksi kunci,” beber Kapolres Tarakan AKPB Dearystone Supit melalui Kasat Reskrim AKP Choirul Yusuf, Sabtu (9/12).
Hasil pemeriksaan sementara, lanjutnya, keduanya mengakui perbuatannya. Keduanya pun masih diperiksa intensif di Mako Polres Tarakan untuk mengetahui penyebab mengapa mereka sampai tega membuang bayi tersebut.
“Sementara kami masih melakukan pendalaman. Tapi yang pasti, karena mungkin mereka ketakutan, karena mungkin mereka masih kuliah,” tuturnya.
Sementara itu, terungkapnya pelaku pembuangan bayi yang merupakan mahasiswa di universitas negeri di Kaltara, membuat heboh mahasiswa maupun pihak kampus tempat mereka kuliah.
Salah seorang teman IR yang enggan namanya dikorankan, mengaku tidak menyangka jika pelaku pembuangan bayi adalah temannya sendiri. Pasalnya, ia mengenal IR yang berparas cantik itu sebagai gadis baik dan aktif bersosial di lingkungannya. Terbukti, IR pernah bergabung dalam pengurus Ikatan Remaja Masjid (Irma).
“Saya juga kaget, memang viral kan yang bayi itu. Enggak pernah kepikiran ke dia. Hanya terpikir siapa sih yang tega membuang bayi itu,” ujarnya kepada awak media, Sabtu (9/12).
Bunga pertama kali mendengar kabar tersebut dari grup WhatsApp (WA) maupun individu. Ia bahkan menjadi tempat bertanya teman-temannya tentang kebenaran bahwa IR adalah pelakunya. Padahal, dia sendiri tidak tahu apa-apa.
Dia mengaku mengenal dekat IR. Sebab, selain teman di lingkungan tempat tinggalnya, IR juga temah sekolahnya di SD dan SMP. Hanya di SMA saja mereka berpisah. Ketika kuliah, mereka kembali bertemu, hanya beda fakultas dan jurusan.
Namun, meski mengenal dekat, dia tidak mengetahui lagi kehidupan pribadi IR sejak setahun belakangan, karena jarang bertemu. Pertemuan terakhir keduanya terjadi ketika sama-sama mengurus hidangan buka puasa pada Ramadan tahun lalu.
Namun, dia mengetahui sedikit tentang IR. Termasuk hubungannya dengan AR. Menurutnya, keduanya memang sudah lama berpacaran. Kebetulan mereka juga berada satu fakultas, jurusan, serta kelas yang sama.
“ Sama si Jen (sapaan AR) awalnya kayak teman, terus kayak cinlok (cinta lokasi) gitu. Tidak tahu bagaimana kabarnya langsung pacaran,” ungkapnya.
Sepengetahuannya, AR sendiri merupakan pendatang di Tarakan yang kuliah di kampus itu. Keduanya memang terlihat akrab sejak awal masuk kuliah. Hubungan spesial itu bahkan sudah diketahui orangtua IR, karena AR sering ke rumah IR. Bahkan, dia menduga orangtua IR merestui hubungan keduanya.
Hanya saja, dia tidak tahu mengapa hubungan keduanya tidak dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Justru yang terjadi keduanya membuang bayi yang belum diketahui asal muasalnya.
Beberapa bulan terakhir jika sesekali bertemu IR ketika berpapasan di kampus maupun di lingkungan perumahan, dia juga tidak pernah melihat tanda-tanda seperti orang hamil pada tubuh IR.
Karena itu, dia pun tidak pernah berpikir yang bukan-bukan. Hanya saja, yang sedikit ganjal dirasanya IR tidak pernah lagi curhat kepadanya dalam beberapa bulan terakhir. Padahal, sebelum-sebelumnya IR sering terbuka kalau ada masalah dengan mantannya.
Tidak hanya kepadanya, pihak kampus juga menyayangkan peristiwa ini, terutama Fakultas Teknik tempat keduanya menempuh pendidikan. Dekan Fakultas Teknik di kampus itu, Asta menyesalkan peristiwa tersebut.
Meskipun kasus ini tidak ada hubungannya dengan kegiatan kampus, karena terjadi di luar perkualiahan (urusan pribadi), namun bagaimanapun juga, nama kampus tetap melekat dalam kasus ini.
“Yang saya sesalkan satu saja, ada hubungannya dengan Fakultas Teknik. Artinya, identitas itu melekat,” sesal Asta.
Menurutnya, dengan usianya mereka yang sudah menginjak 22 tahun, sebenarnya sudah mengetahui mana yang baik dan buruk. Mestinya sikap dan pemikiran mereka juga menunjukkan kedewasaan.
Namun, Asta pun tidak memungkiri pergaulan yang terjadi di luar memang bisa memengaruhi perilaku seseorang. Pihaknya pun tidak bisa mengawasi terus-menerus mahasiswanya. Bisa saja dilakukan pengawasan ketika di dalam kampus. Namun, kalau sudah di luar kampus sulit untuk diawasi.
Ditanya soal ketagasan kampus terhadap apa yang sudah dilakukan kedua mahasiswanya itu, dia belum mau berkomentar banyak. Karena pihaknya masih mengkaji persoalan yang sebenarnya. Sementara sanksi sudah diatur dalam aturan.
“Itu bukan ranah kami. Orang di DO (drop out) itu ada alasan tersendiri. Kalau misalnya, ada vonis hukum atau apa, nanti kami lihat lagi. Karena dia kan bukan urusan kampus,” ujarnya. (mrs/fen)