FAJAR.CO.ID, NEW DELHI – Untuk kali pertama sejak terlahir sebagai bocah kembar 2,5 tahun lalu, Jaga dan Kalia terbaring di tempat tidur masing-masing.
Itu terjadi setelah Kamis dini hari lalu (26/10) waktu setempat mereka selesai menjalani operasi. Lewat operasi selama 16 jam di All India Institute of Medical Sciences (AIIMS), New Delhi, balita kembar siam asal Desa Milipada, Negara Bagian Odisha, India, tersebut tak lagi dempet di bagian kepala.
Itu keberhasilan pertama India melakukan operasi pemisahan balita kembar siam dempet kepala (kraniopagus). Di seluruh dunia sejauh ini tercatat 60 operasi sukses untuk kasus serupa. Terakhir di Philadelphia, Amerika Serikat, Juni lalu.
Direktur AIIMS Randeep Guleria menyatakan, kondisi Jaga dan Kalia sehat setelah operasi. Tapi, kini dua balita lelaki tersebut masih berada dalam masa observasi. Tim medis yang terdiri atas 30 dokter, 20 perawat, dan sejumlah staf lainnya bakal memantau Jaga dan Kalia selama 72 jam. Mereka menyebut masa tiga hari itu sebagai masa kritis. ”Berhasil atau tidaknya operasi ini baru bisa diketahui dalam waktu 18 hari lagi,” kata Guleria dalam jumpa pers.
Sebab, tidak sekadar memisahkan Jaga dan Kalia menjadi dua pribadi, operasi pemisahan bocah kembar dempet kepala tersebut juga bertujuan mengembalikan fungsi normal organ dalam. Proses itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Sejak lahir, Jaga dan Kalia berbagi satu pembuluh vena yang mengalirkan darah dari otak ke jantung. Mereka juga berbagi sebagian jaringan otak. Agustus lalu mereka menjalani operasi pertama. Dalam operasi yang melibatkan pakar dari Jepang tersebut, tim dokter memasang jalur pada pembuluh vena mereka. Tujuannya ialah memisahkan aliran darah di dalam pembuluh vena itu.
Jumlah dokter yang terlibat dalam operasi pemisahan bayi kembar siam dempet kepala tersebut juga memecahkan rekor di India. Sebelumnya tidak pernah ada operasi yang melibatkan tim sebesar itu.
”Senang mendengar keberhasilan operasi pemisahan Jaga dan Kalia di #AIIMS. Selamat bagi tim dokter,” cuit Menteri Besar Odisha Naveen Patnaik lewat akun Twitter-nya setelah Jaga dan Kalia dipindahkan ke ruang ICU.
Banyaknya dokter yang terlibat dalam operasi besar itu, menurut A.K. Mahapatra, dokter ahli bedah saraf yang ikut menangani Jaga dan Kalia, didasari kondisi si kembar yang juga istimewa. Kraniopagus merupakan kasus yang paling jarang muncul.
Di antara sekitar 3 juta kelahiran, hanya ada satu kasus bayi kembar siam dempet kepala. Dan biasanya 50 persen di antaranya meninggal dunia dalam waktu 24 jam. ”Kasus Jaga dan Kalia ini luar biasa. Mereka bertahan dalam kondisi yang tidak menguntungkan itu sampai lebih dari dua tahun,” ucap Mahapatra.
Di samping kelainan pembunuh vena dan jaringan otak, Jaga dan Kalia punya masalah kesehatan lain yang serius. Menurut Mahapatra, Jaga bermasalah dengan jantungnya. Sedangkan Kalia bermasalah dengan ginjalnya.
Sebenarnya operasi pemisahan itu tidak dijadwalkan pada Rabu lalu. Tapi, karena kondisi Jaga kian lemah, tim dokter memutuskan untuk memajukan jadwal operasi. Sampai operasi rampung dan pengaruh obat bius mulai berkurang, kondisi Jaga tetap lebih lemah daripada Kalia. Namun, kondisi mereka berdua stabil Kamis lalu.
”Kalau mereka bertahan, langkah selanjutnya yang sudah kami jadwalkan adalah merekonstruksi kepala mereka,” kata Maneesh Singhal, dokter spesialis bedah plastik dalam tim medis Jaga dan Kalia tersebut. Dia berharap Jaga dan Kalia yang mulai menjadi bagian AIIMS 14 Juli lalu bisa bertahan.
Di antara 60 cerita sukses operasi serupa di India, dua di antaranya terjadi di Indonesia. ”Pernah dua kali yang saya tahu. Di RSCM pada 21 Oktober 1987 dan di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita Jakarta pada 2 Februari lalu,” ujar Ketua Tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu RSUD dr Soetomo Surabaya dr Agus Harianto SpA (K) kepada Jawa Pos kemarin.
Tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu RSUD dr Soetomo juga turut mendampingi ketika pemisahan bayi kembar siam dempet kepala di RSAB Harapan Kita Jakarta. Tujuannya ialah melakukan transfer ilmu kepada rumah sakit lain. Sehingga jika ada kasus kembar siam, tidak lagi harus dirujuk ke RSUD dr Soetomo.
Pemisahan kembar siam memang bukan suatu perkara yang mudah. Ada penanganan yang berbeda untuk tiap-tiap kasus. Bahkan, pada bayi kembar siam yang memiliki diagnosis sama pun, bisa berbeda penanganannya.
Operasi pemisahan juga tidak cukup sekali. Terkadang butuh beberapa kali tindakan hingga akhirnya bisa dipisahkan. Ada tidaknya kelainan bawaan juga menjadi salah satu faktor bertahannya bayi kembar siam yang sudah dipisah. ”Tapi, tidak semua kembar siam bisa dipisahkan. Semua itu bergantung seberapa dalam penempelan itu terjadi,” terang Agus. (Fajar/JPG)