Kata JK, Tidak Mudah Bagi Orang Luar Jawa jadi Presiden

FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Tidak mudah bagi orang luar Jawa untuk menjadi presiden Indonesia. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memprediksi butuh waktu seabad atau 100 tahun lagi orang non Jawa terpilih sebagai presiden.

Menurut dia, itu dampak dari pemilihan presiden dalam sistem demokrasi yang ada saat ini. ”Demokrasi adalah begitu, memilih sesuai dengan kita,” kata JK di Kantor Wakil Presiden, Rabu (25/10) saat bertemu peserta peserta Young Economist Stand Up.

JK menuturkan sejauh ini dia memegang rekor sebagai orang yang paling banyak mengikuti pemilihan presiden-wakil presiden. Tiga kali dia bertarung memperebutkan kursi tersebut.

”SBY (Susilo bambang Yudhoyono, Red) dua kali (ikut pilpres), Megawati (Megawati Sukarno Putri) dua kali, Prabowo (Prabowo Subianto) dua kali, Wiranto dua kali. Cuma saya tiga kali. Menang dua kali kalah satu kali,” ujar JK lantas tersenyum.

Dalam situasi diskusi yang santai para peserta pun turut tertawa ringan mendengarkan penjelasan JK.

Pria kelahiran Watampone, 75 tahun lalu itu juga menuturkan pada saat kalah pilpres pada 2009 itulah salah satu peristiwa yang membuatnya sedih.

”Tapi saya tidak shock, tidak apa-apa. langsung kita pergi jalan-jalan kita lupakan, keluar negeri,” ujar pria berdarah Bugis itu.

Menurut JK tidak mudah seorang dari luar Jawa untuk menjadi Presiden. Karena seperti yang dia katakan demokrasi itu memilih seseorang yang sesuai dengan pemilih itu.

Kondisi itu bukan hanya terjadi di Indonesia. Bahkan, di Amerika Serikat yang jadi rujukan dalam berdemokrasi pun terjadi.

”Di Amerika saja butuh 170 tahun untuk orang Katolik jadi presiden. Butuh 174 tahun Kennedy (Jhon F. Kennedy) jadi presiden. Butuh 240 tahun untuk orang hitam jadi presiden. Jadi kira-kira butuh 100 tahun untuk orang luar Jawa jadi presiden,” ungkap dia lantas tersenyum.

(jun/JPC)