FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Polemik mengenai pembelian senjata terungkap lagi. Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengakui koordinasi mengenai pembelian dan pengadaan senjata masih sangat kurang. Dia tidak kaget apabila polemik mengenai pengadaan senjata tiba-tiba muncul ke permukaan publik.
“Saat ini koordinasi belum jalan dengan benar, mudah-mudahan ke depan bisa berjalan dan harus satu induk ke Menhan. Karena itu berpatokan dengan UU,” ujar Ryamizard kepada JawaPos.com saat ditemui Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (3/10).
Sebanyak 280 pucuk Stand Alone Grenade Laucher (SAGL), yang dimimpor Polri dari Bulgaria tertahan di Bandara Soekarno-Hatta. Apalagi sebelum itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo juga mengungkapkan ada pemesanan 5.000 senjata ilegal dari non militer yang menggunakan nama Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Oleh sebab itu, Ryamizard berharap ke depan dalam pengadaan dan pembelian senjata, harus satu pintu lewat dirinya. Bahkan mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini berhak mengizinkan atau tidak mengizinkannya pembelian sejata. “Semua senjata itu harus seizin dengan Menteri Pertahanan,” tegasnya.
Terkait senjata yang diimpor Polri masih tertahan di Bandara Soekarno-Hatta, Ryamizard mengaku sudah berkomunikasi dengan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Menurut dia senjata yang didatangkan dari Bulgaria sudah sesuai dengan prosedur. “Jadi nanti tinggal diserah terima saja senjata itu,” tukasnya.
Mabes Polri akhirnya mengklarifikasi informasi barang impor berupa senjata yang tertahan di Bandara Soekarno-Hatta. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto memastikan jika pembelian senjata yang didatangkan dari Bulgaria itu sesuai sesuai dengan prosedur.
Polri sudah melakukan perencanaan, lalu melelang, dan ditinjau oleh staf Irwasum dan BPKP. Semua proses itu dilakukan, sebelum Polri memutuskan untuk membeli melalui pihak ketiga.
Ada dua macam senjata yang diimpor oleh Polri. Yakni, senjata Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) kaliber 40X46 mm. Jumlahnya mencapai 280 pucuk dan dikemas dalam 28 kotak (10 pucuk/kotak) dengan berat total 2.212 kilogram.
Senjata yang kedua adalah amunisi RLV-HEFJ kaliber 40X46 mm yang dikemas dalam 70 boks (84 butir/boks) dan 1 boks (52 butir). Totalnya mencapai 5.932 butir (71 boks) dengan berat 2.892 kilogram.
Baik amunisi dan senjata merupakan peralatan yang sesuai dengan standar militer. Menurut situs arsenal-bg.com, SAGL merupakan senjata pelontar granat tipe M 406. Sedangkan RLV-HEFJ adalah amunisi granat yang digunakan sebagai senjata serbu militer untuk menghancurkan kendaraan atau material lapis baja ringan.
Kargo berisi senjata dan amunisi diimpor oleh PT Mustika Duta Mas. Rencananya, senjata dan amunisi itu akan digunakan oleh Korps Brimob Polri. (Fajar/JPC)