FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Pengamat politik Adi Prayitno menilai, komunisme terbukti sudah tak laku. Baik sebagai parpol maupun sebagai ideologi politik di Indonesia.
Karena itu, mestinya tak perlu reaksi berlebihan menyikapi isu kebangkitan PKI. Dia memastikan, tak gampang menerapkan sistem politik komunis.
“Selain itu komunis juga bukan hanya terlarang, di banyak negara sistem komunis terbukti ambruk total tak tersisa. Bahkan hanya melahirkan gejolak politik baru yang tak berkesudahan,” ujar Adi di Jakarta, Senin (2/10).
Demikian juga dengan cita-cita Karl Marx menciptakan masyarakat tanpa kelas melalui revolusi kaum proletar (miskin), menurut Adi bukan perkara mudah. Malah revolusi tak pernah terjadi. Hanya sebatas utopia.
Padahal, Karl Marx cukup yakin dengan tesisnya bahwa ketimpangan sosial pasti melahirkan revolusi.
“Kegagalan revolusi Karl Marx disebabkan kegagalan membaca pentingnya kesadaran kelas proletar dalam melakukan perlawanan,” ucapnya.
Menurut pengajar di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta ini, Karl Marx hanya bertakhta di menara gading. Seakan kontradiksi akibat eksploitasi kaum borjuasi otomatis melahirkan pemberontakan revolusioner.
Padahal, banyak orang miskin tak mau memberontak. Mereka justru sibuk berkelahi dengan hidupnya yang susah. Itulah yang membuat revolusi gagal total.
Kemiskinan kata Adi, justru mengakibatkan seseorang terasing dari kehidupan yang melahirkan keputusasaan berkepanjangan.
Bahkan, situasi buruk dikhawatirkan menyuburkan munculnya kelompok kontra revolusi untuk mencegah lahirnya gerakan revolusioner yang hendak menciptakan perubahan.
“Krisis sosial, ekonomi, dan politik belum cukup menciptakan situasi revolusioner seperti yang terjadi di Prancis, Rusia, atau pun di China,” ucapnya.
Pemberontakan kelompok tertindas kata peneliti The Political Literacy Institute ini, biasanya harus dibarengi gerakan elite termarjinalkan serta sokongan gerakan kaum kota untuk mengonsolidasikan revolusi.
“Pertanyaannya kemudian, apakah di Indonesia akan terjadi revolusi besar seperti manifesto kaum komunis? Sekali lagi, tak mudah menciptakan revolusi sosial sekalipun ketimpangan sosial terjadi,” katanya.
Selain tak punya senjata, kelompok kaum miskin juga tak memiliki kesadaran untuk melakukan pemberontakan. Mereka tercerai berai di tengah himpitan kesulitan ekonomi.
Alasan lain, tak adanya sokongan elite termarjinal menjadi hambatan nyata langkah revolusi. Karena hampir 85 persen kekuatan elite politik saat ini kondusif mendukung pemerintah.
“Jika revolusi sosial yang menjadi tujuan tertinggi penganut mazhab komunis tak akan pernah terjadi. Lalu, untuk apa takut dengan isu kebangkitan PKI?,” pungkas Adi. (Fajar/jpnn)