FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan pernyataan ketua umumnya Prabowo Subianto yang menuding bantuan untuk Rohingya sebagai bentuk pencitraan pemerintahan Joko Widodo sudah tepat.
Dia pun menyampaikan sejumlah alasan untuk menguatkan tudingan tersebut. Antara lain pemerintah Indonesia hanya ikut-ikutan dalam memberikan bantuan untuk pengungsi Rohingya.
“Sudah banyak lembaga kemanusiaan dunia, bergerak mengirim bantuan, dan kemudian saat ini Joko Widodo juga ikut-ikutan ngirim bantuan. Padahal masalah pembantaian dan pengusiran etnis Rohingya sudah sejak dulu, paling masif tiga tahun terakhir ini,” ucap Arief melalui pesan singkat, Selasa (19/9).
Di Tanah Air, pengungsi Rohinya yang terdampar di tengah laut terselamatkan justru karena dibantu nelayan Aceh, bukan oleh pemerintah Indonesia.
Hanya saja, berbagai upaya menyelamatkan etnis Rohingya menurutnya tidak diikuti dengan langkah signifikan para pemimpin ASEAN untuk menghentikan pembantaian, pengusiran, dan penghapusan hak muslim di Myanmar.
Kematian dan pengusiran secara masif terhadap etnis Rohingya di Myanmar, berjalan bertahun-tahun tanpa terjamah hukum, meskipun terang-benderang dunia menyaksikan betapa banyaknya etnis Rohingya eksodus dari Myanmar menuju Bangladesh.
Ketidakmampuan pemimpin ASEAN, termasuk Indonesia mengatasi pembantaian dan pengusiran etnis Rohingya oleh pemerintah Myanmar, katanya, sebenarnya disadari Presiden Joko Widodo.
“Karena memang Mas Joko Widodo sadar kalau negara Indonesia itu memang tidak kuat, dan berani melakukan tekanan pada Myanmar. Misalnya memutus hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Myanmar,” ucap Arief.
Arief menambahkan, wajar bila pengiriman bantuan untuk pengungsi Rohingya disebut pencitraan, karena itu dilakukan setelah ada tekanan dari masyarakat terhadap Jokowi.
“Kok baru sekarang mengutus menlu ketemu pimpinan Myanmar, seakan-akan ikut aktif mencari solusi untuk etnis Rohingya. Tapi percaya deh, hasilnya pasti nol gede. Itu cuma pencitraan saja,” tambahnya. (Fajar/jpnn)