FAJAR.CO.ID – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) saat ini tengah fokus menciptakan penemu muda teknologi pertanian untuk mempercepat pencapaian swasembada pangan hingga Indonesia menjadi lumbung pangan dunia 2045 atau mampu memberikan makan dunia.
Karena itu, melalui Program Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita) akan menggelar Agriventor 2017: Kompetisi Penemu Muda pada akhir tahun 2017.
Hadir pada kegiatan ini Kepala BPPSDMP, Momon Rusmono, Kepala Badan Litbang Pertanian, Muhammad Syakir yang diwakili Sekretaris Badan Litbang Pertanian, Tenaga Ahli Menteri Pertanian, Afnan Malay, dan Koordinator Nasional (Kornas) Gempita, Muhammad Riyada.
Pada kesempatan ini, Kepala BPPSDMP, Momon Rusmono, menyatakan teknologi di bidang pertanian berperan strategis dalam peningkatan produksi pertanian sehingga mendorong peningkatan nilai tambah produk pertanian dan tingkat pendapatan pelaku usaha pertanian.
Teknologi tersebut meliputi sarana produksi pertanian, seperti benih, pupuk, dan perlengkapan pertanian, teknologi produksi pertanian dan teknologi pengolahan hasil pertanian. Teknologi pun bersifat dinamis dan terus berkembang sesuai dinamika permintaan pasar. Namun, percepatan inovasi teknologi sangat ditentukan kapasitas SDM sebagai pelaku.
“Karena itu, kegiatan peningkatan kapasitas SDM untuk mengembangkan teknologi perlu dilakukan sebanyak mungkin, sebagai ajang untuk memperkaya inovasi teknologi,” demikian papar Momon saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (13/9/2017).
Ia tegaskan kegiatan tersebut menjadi dasar BPPSDMP Kementan mendukung penuh acara Agriventor 2017 yang digagas Gempita.
“Saya sangat berharap berdampak pada penguatan teknologi pertanian, penguatan pilar generasi muda di bidang pertanian, perluasan areal tanam, dan peningkatan produksi pangan,” tegas dia.
Kepala Badan Litbang Pertanian, Muhammad Syakir menambahkan, inovasi yang diperlukan dalam pertanian modern tidak terbatas pada teknologi fisik semata, namun inovasi dalam konteks kelembagaan dan rekayasa sosial juga sangat diperlukan. Diharapkan melalui kompetisi Agriventor 2017 mampu menghasilkan berbagai rekayasa teknologi pertanian yang efisien, efektif, dan mampu meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
“Terpenuhinya ketiga syarat utama inovasi teknologi tersebut dipastikan dapat mewujudkan cita-cita Indonesia untuk menjadi Lumbung Pangan Dunia 2045 yang menyejahterakan petani, konsumen dan juga pelaku” harapnya.
Sementara itu, Kornas Gempita, Muhammad Riyada menjelaskan Agriventor 2017 menargetkan para penemu muda di tingkat mahasiswa dari universitas se-Indonesia. Setiap universitas dapat mengutus satu tim atau kelompok yang dipilih untuk berpartisipasi.
“Nantinya, setiap tim yang diutus diharuskan membuat satu alat dengan peningkatan teknologi yang bertujuan dapat meningkatkan penggunaan teknologi yang bertujuan memudahkan untuk operasional dan dapat meningkatkan hasil pertanian,” jelas dia.
“Kami selaku penyelenggara melalui jumpa pers berharap, acara Agriventor 2017 dapat tersosialisasikan dengan baik, sehingga memaksimalkan partisipasi pemuda-pemuda inovatif dan kreatif pada lomba ini,” sambung Riyada.
Perlu diketahui, ada lima kategori dalam Agriventor 2017, yakni inovasi teknologi tepat guna, menggunakan produk dalam negeri, alat dan mesin pertanian cerdas dan canggih, alat pertanian yang dapat meningkatkan hasil pertanian, serta alat pertanian yang dapat memudahkan petani dalam proses penanaman, perawatan hingga panen.
Persiapan Agriventor 2017 yang meliputi pembuatan proposal, undangan ke universitas dan koordinasi menyeluruh dilakukan sejak awal hingga akhir September 2017. Sedangkan penjurian dilaksanakan pada 14-15 Desember.
“Pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah digelar 16 Desember. Untuk keterangan lebih detail, dapat mengakses situs resmi Gempita Kementan di gempita.pertanian.go.id/agriventor,” tutup Riyada. (*/fajar)