FAJAR.CO.ID, YANGON – Pembantaian terhadap minoritas muslim yang terjadi di Negara Bagian Rakine, Myanmar disebut-sebut sebagai imbas dari perebutan Minyak dan Gas (migas) di daerah tersebut. Namun rumor itu dibantah oleh Duta Besar Indonesia untuk Myanmar Ito Sumardi. Dia mengaku tidak hanya sekali dua kali datang ke Rakhine State.
Termasuk ketika mengawal kedatangan Menlu ke kawasan konflik, sampai dia harus menggunakan rompi antipeluru.
Ito membantah informasi yang menyebutkan bahwa konflik di Rohingya merupakan imbas perebutan sumber daya berupa minyak dan gas. Menurut dia, tidak ada minyak dan gas di Rakhine.
“Di Rakhine sampai sekarang belum ada sama sekali eksplorasi yang mengatakan ada daerah minyak. Itu bohong,” tegasnya.
Kawasan pertambangan, terang Ito, ada di daerah Kachin yang terletak di sisi utara Myanmar. Bukan di Rakhine yang merupakan wilayah pesisir.
Daerah tersebut menjadi basis kelompok Kachin Independence Army (KIA). Di kawasan itu memang terdapat tambang batu bara, emas, dan rubi.
Kata Ito, masalah kemanusiaan di Rakhine disebabkan keinginan kelompok tertentu yang didasari motif politik. Ujungnya, yang menjadi korban tetap masyarakat.
“Saya juga maklum kalau orang Rohingyamungkin ingin bikin negara sendiri karena sekian ratus tahun mereka stateless, tidak punya negara,” tuturnya. (AFP/Reuters/hep/byu/wan/c9/oki)