FAJAR.CO.ID – Atas dasar rasa kemanusiaan, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka berhasil menembus ke kantong-kantong pengungsian Rohingya untuk menyalurkan bantuan.
“Alhamdulillah atas dasar nilai-nilai kemanusiaan dan pengamalan Dasa Dharma Pramuka, Pramuka coba hadir langsung ke kantong pengungsian muslim Rohingya di daerah Sittwey Rakhine State Myanmar,” kata Andalan Nasional Kwarnas Gerakan Pramuka Bidang Pengabdian Masyarakat dan Siaga Bencana, Eko Sulistio, kepada JawaPos.com, Sabtu (2/9).
Umat Islam Rohingya di Rakhine, Myanmar, mengalami kekerasan, di mana ratusan rumah dibakar.
Pramuka bersama para penduduk Rohingya. (Foto: Kwarnas Pramuka)
Eko mengungkapkan, perjuangan Pramuka menembus lokasi pengungsian untuk mendistribusikan bantuan pascakonflik.
“Memang tak mudah dalam menuju dan mendistribusikan bantuan pasca konflik yang baru saja terjadi satu minggu yang lalu. Kami berupaya pintar-pintar melihat situasi dan kondisi serta terus mengupdate berita di lapangan, baik informasi dari mitra lokal atau relawan lokal dan juga pekerja kemanusiaan seperti dari Turki, Jerman, Prancis, Australia, Malaysia,” papar Eko.
Lalu pada Jumat, 1 September 2017, pukul 06.00 waktu Myanmar, Pramuka mencoba masuk ke beberapa kantong pengungsian, di antaranya Shan Tho Lee Camp, Lamache Village, Phia Lhe Song Village.
“Alhamdulillah di tiga lokasi ini pendistribusian bantuan berlangsung aman dan lancar. Pendistribusian bantuan difokuskan untuk kebutuhan anak-anak,” tegasnya.
Sebab anak-anak, kata Eko, adalah kelompok yang paling terkena dampak dan menjadi korban konflik. Anak-anak rentan mengalami sakit dan kekurangan gizi akibat konflik berkepanjangan.
“Banyak anak-anak tak berpakaian, trauma, dan susahnya akses ke sekolah, bermain, hingga akses kesehatan,” tegas Eko.
(ika/JPC)