FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengajak seluruh siswa menyaksikan film Banda The Dark Forgotten Trail. Film ini dinilai punya makna dalam karena mengulas sejarah bangsa.
“Banda ini salah satu situs sejarah yang sangat tua. Banyak tokoh nasional, pejuang kemerdekaan, founding fathers kita pernah diasingkan di sana. Saya kira ini bagus untuk ditonton siswa,” ungkapnya usai acara nonton bareng (nobar) dengan siswa, guru sejarah, komunitas perfilman dan artis film di Plaza Senayan XXI.
Film dokumenter berdurasi 94 menit yang disutradarai Jay Subiakto ini diapresiasi oleh Muhadjir. “Bagus sekali. Film sejarah yang banyak warna,” ucapnya.
Kepala Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) Maman Wijaya menambahkan, pihaknya berencana membawa film dokumenter ini untuk diputar di berbagai tempat, khususnya sekolah.
Film Banda The Dark Forgotten Trail berkisah tentang sejarah kejayaan rempah-rempah di abad pertengahan. Film diawali narator yang bercerita tentang kepulauan Banda sebagai pulau penghasil pala terbaik dunia; komoditas berharga yang diperebutkan berbagai bangsa. Perebutan kepemilikan atas kepulauan Banda membawa banyak korban penduduk asli.
Kepulauan Banda, situs warisan dunia sejak 2005 ini menyimpan kisah kelam perbudakan dan kolonialisme, tapi juga kisah tentang keragaman Indonesia. Kolonialisme mendorong terjadinya akulturasi budaya di Banda yang dibawa oleh para budak perkebunan pala yang didatangkan dari Pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.
Sejarah mencatat beberapa besar bangsa Indonesia, antara lain Tjipto Mangunkusumo, Muhammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Iwa Kusuma Sumantri pernah diasingkan di kepulauan Banda.
Untuk mengenang jasa para pejuang kemerdekaan tersebut kepada penduduk Banda, Pulau Rozengain yang terletak sekitar 25 kilometer di sebelah timur kepulauan Banda diubah namanya menjadi Pulau Hatta, dan Pulau Pisang diubah menjadi Pulau Sjahrir. (Fajar/jpnn)