FAJAR.CO.ID JAKARTA – Wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy untuk membuat full day school di sekolah-sekolah, mengundang reaksi penolakan besar.
Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama, Arifin Junaidi mengaku akan ada gerakan massa besar yang terdiri dari para guru untuk melakukan penolakan. Apabila nantinya kebijakan itu disetujui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Karena ini kebijakan sangat dipaksakan nanti kemungkinan murid dan guru seluruh Indonesia akan datang ke Jakarta (untuk protes),” ujar Arifin di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Kamis (15/6).
Menurut Arifin, Maarif NU memiliki sekitar 48 ribu madrasah dan sekolah. Kesemuannya tersebar hampir di seluruh Indonesia.
Apalagi mayoritas guru di sekolah dan madrasah itu melakukan penolakan adanya wacana yang digagas oleh pemerintah itu.
Oleh sebab itu, diharapkan Presiden Jokowi tidak menyetujui adanya program full day scholl. Pasalnya saat ini saja walaupun program itu baru berupa wacana namun ada penolakan keras baik di DPR maupun di masyarakat.
“Jadi memang ada keresahan yang luar biasa dengan kebijakan full day school ini,” pungkasnya.
Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy berencana mengubah hari belajar menjadi Senin sampai Jumat.
Aturan ini dikabarkan mulai berlaku pada tahun ajaran baru 2017-2018. Muhadjir menjelaskan, setiap harinya siswa akan belajar di sekolah selama 8 jam.
Menurut Muhadjir, selama ini di sekolah negeri khusunya memang hanya belajar dari Senin hingga Jumat. Hanya saja siswa masih terbebani dengan kegiatan ekstrakulikuler pada Sabtu atau Minggu.
Dengan adanya aturan ini, siswa tidak perlu lagi berkegiatan di hari Sabtu ataupun Minggu. Dua hari itu nantinya benar-benar menjadi hari libur bagi para siswa.