FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Indonesia masih terus mengejar target swasembada jagung untuk menekan impor. Sampai saat ini, impor jagung sudah berhasil ditekan hingga 66 persen.
“Khusus jagung kami prediksi surplusnya bisa dicapai tahun 2018,” tegas Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, di Jakarta, Senin (12/6/2017).
Hal serupa juga disampaikan Presiden RI, Joko Widodo, saat membuka Pekan Nasional Tani dan Nelayan (Penas KTNA) di Banda Aceh (6/5/17). Jokowi mengapresiasi kinerja petani di seluruh Indonesia yang mendukung peningkatan produksi jagung, sehingga Indonesia dapat menekan ketergantungan jagung impor 3,6 juta ton pada 2015 menjadi 900.000 ton pada 2016 setelah Pemerintah RI memutuskan harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp3.150 per kg.
Menurut Amran, meski belum surplus, tetapi produksi jagung nasional semakin membaik, sehingga stok banyak dan berhasil menekan angka impor sebesar 66 persen, “Dengan peningkatan produksi, maka pemerintah meyakini produksi jagung Indonesia sudah bisa surplus segera mungkin atau di 2018,” katanya.
Produksi yang meningkat tentunya, kata Mentan, juga akan terus membuat impor turun. Dia menegaskan dalam upaya menekan impor, pemerintah bukan hanya mendorong peningkatan produksi di berbagai daerah sentra produksi, tetapi juga menjalin kerja sama dengan asosiasi Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT).
GPMT diminta mendorong perusahaan anggotanya untuk bisa lebih mengutamakan menyerap produksi jagung lokal untuk kebutuhan industrinya, katanya. “Dengan penyerapan jagung lokal, maka petani semakin bergairah bertanam jagung sehingga produksi bisa memenuhi bahkan melebih kebutuhan konsumsi dan pabrikan yang sekitar 1,7 juta ton per bulan,” katanya.
Berdasarkan data produksi tahun 2016 sebesar 23 juta ton pipilan kering (BPS) dan target luas tambah tanam jagung 2017 sebesar 700 rb sd 1 juta ha, Indonesia optimis bahkan surplus jagung pada 2018. Dengan data tersebut kekawatiran saudara Dwi Andreas bahwa Indonesia akan defisit 1,5 juta ton sangat tidak beralasan.
Secara logika, surplus prduksi jagung tersebut diharapkan dapat juga menekan impor gandum. Dalam hal ini nasionalisme untuk memaksimalkan penggunaan produksi lokal dan mensubstitusi bahan baku gandum impor dengan jagung lokal akan sangat membantu terwujudnya swasembada jagung nasional. (fajar)