FAJAR.CO ID, JAKARTA – Ekonom senior yang juga Mantan Menko Maritim, Rizal Ramli, dalam talkshow JakTv bertajuk “Ekonomi Dalam Bingkai Pancasila” mengungkap banyaknya policy ekonomi yang justru kontra-produktif dengan nawacita Presiden Jokowi dan bahkan cita-cita adiluhung Pancasila.
Policy ekonomi pesanan inilah yang ditengarainya banyak melibatkan pejabat-pejabat dan aparatur negara berwatak koruptif yang pada gilirannya semakin menyuburkan praktik perburuan rente (rent seeking) dengan melakukan kartel, mempermainkan harga komoditas pangan tanpa memperhatikan daya beli dan keberlangsungan hidup yang layak bagi masyarakat banyak.
Menjelang Ramadhan dan Idulfitri 1438 Hijriah, harga pangan memang mengalami kontraksi yang tidak normal. Harga bawang putih misalnya, di pasar mengalami lonjakan Rp 48.000 s/d 60.000/kg dari harga normal Rp 22.000/kg. Bawang putih memang bukanlah komoditas yang mampu dipasok ketersediaannya oleh produksi dalam negeri. Selama ini sebagian besar kebutuhan bawang putih nasional dipasok dari negara lain.
Kenaikan harga yang jauh dari ambang batas normal inilah yang kemudian dikecam oleh Menteri Pertanian, H Andi Amran Sulaiman, sebagai akibat dari sebuah perilaku sadis yang abai atas HAM (Hak Azasi Manusia) masyarakat Indonesia, terutama bagi kaum muslim yang sementara bersiap menjalani bulan puasa Ramadan dengan hikmat.
Menurut logika sehat Mentan Amran, seharusnya harga tidak tinggi, mengingat bawang putih dominan impor. Selayaknya, yang mengalami kenaikan harga tinggi adalah komoditas yang tidak impor, semisal bawang merah yang tidak impor, tapi harganya malah relatif stabil dan bahkan menunjukkan trend penurunan.
Anomali harga inilah yang dianggapnya sebagai bentuk sadis dari praktik kartel dalam mempermainkan pasokan dan stok serta mendiktekan harga ke pasar.
Gerah atas permainan segelintir oligarki mafia pangan tersebut, Mentan Amran mengambil langkah cepat dan tegas dengan menggandeng Polri, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Kementan, Kementerian Dalam Negeri dan Bulog dan dalam satu gugus Satuan Tugas bernama Satgas Pangan.
Satgas Pangan diberi tugas memerangi kartel pangan yang meresahkan masyarakat.
Setelah dibentuk, Satgas Pangan ini telah berhasil penangkap jaringan penimbun bawang putih sebesar 182 ton di Cilincing, Marunda dan Bekasi di gudang milik PT Tunas Perkasa Indonesia.
Gerakan dini hari (17/5) Satgas Pangan inilah yang kemudian memberi dorongan pada penurunan harga bawang putih ke harga rata-rata Rp 25.000/kg hanya beberapa jam setelah penggerebekan.
Mentan Amran Sulaiman juga mempertegas pencabutan izin impor kepada perusahaan-perusahaan yang terbukti melakukan praktik kartel dan melakukan pemantauan yang ketat terhadap 42 importir lainnya.
“Jangan coba-coba mempermainkan harga kalau tidak ingin masuk penjara dan izin impornya dicabut. Berhenti berbisnis di Indonesia, kalau masih ingin pakai praktik-praktik kartel” kata Mentan Amran Sulaiman kepada pers yang mewawancarainya.
Rangkaian gerak cepat Mentan Amran Sulaiman inilah yang menjadi alasan kuat bagi ekonom fenomenal sekelas Rizal Ramli dalam talkhsow di JakTv bersama Salid Said. Rizal Ramli menyebutkan bahwa hanya Mentan Amran Sulaiman yang berani menyatakan perang dan sikat praktik kartel, di saat masih banyak pejabat dan aparatur negara berasyik masyuk dengan perilaku koruptif dan bermain mata dengan kartel pemburu rente. (fajar)