FAJAR.CO.ID, LONDON – Jenazah para pelaku teror bom di London ditolak oleh masjid dan para pemimpin muslim di Inggris. Bentuk penolakan itu adalah dengan tidak menerima jenazah mereka untuk disalati secara Islam.
Sampai saat ini sudah ada lebih dari 200 tandatangan dari pemimpin agama di Inggris yang mendatangai petisi untuk menolak upacara pemakaman untuk para pelaku serangan London Bridge.
”Kami memutuskan untuk membuat pernyataan publik. Kami kirimkan pesan, Anda (para ekstemis, Red) tidak terima di komunitas kami, hidup atau mati,” kata Qari Asim, imam di Masjid Makkah di Leeds, Inggris.
”Ini bukan keputusan ringan. Dengan tidak melakukan salat jenazah, kami tidak memohon agar dosa-dosa Anda dimaafkan oleh Allah,” katanya tegas.
Pernyataan itu, kata Rehanah Sadiq, guru agama Islam, dimaksudkan bagi ekstrimis yang meyakini pelaku jihad akan mendapatkan balasan surga. ”Jika mereka tahu kalau imam dan masyarakat tidak akan mendoakan mereka dan memohon maaf atas dosa-dosa mereka, mungkin mereka akan mempertanyakan keputusan mereka untuk melakukan apa yang akan mereka lakukan,” sambungnya.
Ditambahkan Sadiq, jihad adalah istilah religius yang disalahgunakan oleh teroris dan disalahartikan secara luas oleh publik. “Teroris menggunakannya untuk menghancurkan nilai-nilai kita di masyarakat,”papar Sadiq.
Pernyataan itu keluar seiring rilis polisi mengenai pelaku ketiga dari teror London Bridge. Polisi mengkonfirmasi pelaku ketiga adalah Youssef Zaghba, lelaki 22 tahun, yang lahir dari ibu berdarah Italia dan ayah orang Maroko.
Zaghba pernah ditahan di Bandara Bologna pada 2016 dan mengaku akan menjadi teroris. Sebelum Zaghba, polisi sudah merilis nama Kharam Butt, 27, lelaki kelahiran Pakistan, dan Rachid Redouane, 30, yang menjadi pelaku teror London Bridge. (theguardian/bbc/cnn/tia/jpk)