SEMARANG, RAKYATJATENG – Realisasi investasi sepanjang 2020 di Jateng tercatat Rp50.242.480.882.273. Dibandingkan target Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang hanya Rp24,89 persen, perolehan itu mencapai 202 persen
Hal ini dikemukakan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng Ratna Kawuri, saat konferensi pers, Jumat (29/1/2021).
Ia mengatakan, di masa pandemi Covid-19, pemodal dalam negeri lebih mendominasi ketimbang pemodal asing.
Ditambahkan, khusus triwulan IV tahun 2020, investasi di Jateng Rp12,71 triliun. Terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp7,81 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp4,90 triliun.
“Total 2020 realisasi investasi kita Rp50,24 triliun. Kalau dihitung dari target, 202 persen karena target yang ditetapkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rp 24,89 triliun. Ini dikontribusikan dari penanaman modal asing (PMA) 1.363.635.000 dolar AS (Rp19,63 triliun). Sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) senilai Rp30.606.131.200.000,” beber Ratna.
Ia menyebut, kondisi pandemi memang mempengaruhi PMA di Jateng. Hal itu karena pembatasan akses di berbagai negara, seperti Singapura atau negara lain yang menjadi penghubung atau hubungan perdagangan internasional.
Menurutnya, kondisi ini berbeda dari periode yang sama 2019. Pada tahun itu, investasi justru didominasi oleh penanaman modal dari luar negeri.
“Kondisi 2020 cukup menekan tak hanya investasi, semua aspek mengalami tekanan luar biasa. Bagaimana kekuatan PMDN pada kondisi krisis justru menjadi penolong kinerja semakin meningkat. PMA mengalami keterbatasan aktivitas transportasi yang constrain (memaksa) kondisi di sana,” jelasnya.
Ratna menambahkan, sektor yang diminati oleh PMA adalah listrik, gas dan air. Diikuti industri tekstil, barang dari kulit, serta alas kaki. Sementara itu, PMDN cenderung meminati sektor transportasi, gudang, telekomunikasi, listrik, gas, dan air. Adapula industri mineral non logam, jasa, perumahan kawasan industri, dan perkantoran.
Sedangkan, wilayah yang menjadi primadona investasi PMA adalah Batang, Jepara, Kota Semarang, Brebes dan Kendal. Sementara, PMDN lebih menyukai wilayah Tegal, Kota Semarang, Cilacap, Grobogan dan Kudus.
“Kalau negara peminat investasi di Jawa Tengah adalah Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan, dan British Virgin Island,” urainya.
Dikatakan Ratna, dari penanaman modal tersebut mampu menyerap 170.036 orang pekerja. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan 2019 yang hanya 114.743 orang.
Adapun, jumlah proyek pada 2020 mencapai 11.712 proyek. Angka ini naik 5.930 proyek dibanding pada 2019, di mana hanya ada 5.782 proyek.
Ratna mengatakan, Jawa Tengah memiliki stock nett investasi dan target yang kecil, namun dapat merealisasikan lebih besar. Kuncinya adalah pada strategi memaksimalkan promosi investasi Jateng.
“Kami melakukan gerilya yang sudah menyatakan kepeminatan event CJIBF atau promosi tersendiri, ketika kami mengunjungi kawasan New Zealand, Taipei Australia atau kepeminatan datang sendiri, itu yang kami oyak (kejar),” pungkasnya. (*)