SOLO, RAKYATJATENG – Calon wali kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka siap memberikan stimulus bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) terdampak pandemi Covid-19. Sedangakan sang rival, Bagyo Wahyono tetap pada visi misinya menuntaskan masalah kemacetan dan banjir di Kota Bengawan.
Hal tersebut mencuat dalam debat pamungkas calon wali kota dan wakil wali kota Surakarta, tadi malam (7/12). Gibran menuturkan, Solo merupakan gudang orang-orang yang kreatif dan inovatif. Namun, mereka banyak yang kolaps karena terdampak pandemi.
“Ke depan kita ingin melakukan percepatan pemulihan ekonomi. Seperti restrukturisasi kredit UMKM, program padat karya karyawan yang di-PHK, dan pembebasan retribusi UMKM. Di tengah bencana non-alam ini masih ada peluang. Agar kreativitas anak-anak muda serta UMKM naik daya jualnya,” ujar Gibran.
Gibran menambahkan, apabila dia bersama Teguh Prakosa terpilih dalam pilkada nanti, maka akan ada ruang market space, hard space serta memberikan pelatihan soft skill serta sosial media. “Ini yang membuat peluang anak muda tetap kreatif dan produktif di era pandemi. Kita siap bersaing di revolusi industri 4.0,” katanya.
Calon wali kota nomor urut 1 ini juga siap mengembangkan potensi budaya. Komunitas seni merupakan pilar Kota Bengawan. Apabila ditata dengan baik, akan mendatangkan wisatawan.
“Solo masa depan adalah Solo masa lalu. Kita ingin ada pendekatan budaya untuk melawan radikalisme. Yang sudah berjalan adalah gamelan yang dihibahkan di setiap kelurahan. Memang belum seluruhnya dimainkan. Ke depan dicarikan guru agar anak-anak bisa belajar gamelan. Ini yang akan kita dorong agar anak muda punya kecintaan dan rasa memiliki. Akar budaya kuat. Pendekatan budaya untuk melawan radikalisme,” urai Gibran.
Sementara itu, calon wali kota nomor urut 2 Bagyo Wahyono memaparkan, Solo punya potensi bencana. Berdasarkan pemetaan BPBD, Solo memiliki beberapa wilayah titik rawan yang sering dilanda banjir setiap tahun. Pada 2020 ini potensi bencana bertambah dengan adanya pandemi. Untuk itu, jalan layang dan sungai bawah tanah bisa menjadi solusi.
“Dulu ada sungai bawah tanah pada zaman keraton, jadi pasti bisa kita buat lagi. Kita rembug bareng warga Solo khususnya dengan ahli. Tidak akan ada hal yang menghambat. Kami akan mengakomodasi warga Solo untuk membangun kotane dewe. Akan mengurangi cost pembangunan,” ujarnya. (rs/atn/per/JPR/JPC)