BANDUNG, RAKYATJATENG – “Kekuasaan ini hanya sementara,” kata Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dalam obrolan live Instagtam, Selasa (22/9/2020), bersama Syaikh Ali Jaber.
Obrolan yang mengangkat tema “Belajar Memaafkan” ini banyak memberikan pesan menyejukan selama 1 jam 14 menit perbincangan tersebut.
Tidak terkecuali bagaimana amanah kepemimpinan diwujudkan secara nyata oleh pria yang akrab disapa Kang Emil ini. Dalam bentuk dakwah Islam yang menyentuh semua aspek.
Mulai pemberdayaan ekonomi umat, memfasilitasi dialog ulama Jawa Barat dengan dunia Eropa, hingga cita-cita satu desa punya seorang penghafal Alquran.
Kang Emil mengungkapkan teringat nasihat ibunya. Bagaimana nanti saat di hari perhitungan (yaumul hisab).
“Allah tidak akan bertanya berapa jembatan dan taman yang sudah kamu bangun tetapi (yang Allah tanya) apakah masyarakatmu dalam rida Allah, atau tidak?,” ucap Kang Emil menirukan pertanyaan ibu.
Berangkat dari nasihat ibunda tercinta itulah, Kang Emil bersungguh-sungguh menggunakan kekuasaan yang ada padanya, demi kemaslahatan umat. Maka lahirlah program-program Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang bersifat religius.
Syaikh Ali Jaber yang mengikuti perjuangan Ridwan Kamil sejak menjadi Wali Kota Bandung, antusias mendengar ikhtiar Kang Emil dalam mewujudkan dakwah Islam yang bermanfaat.
Kepada Syaikh Ali Jaber, Kang Emil menyebutkan beberapa program unggulan Pemerintah Provinsi Jawa Barat di bawah kepemimpinannya. Seperti program Sadesa (satu desa satu penghafal Alquran).
“Di Jawa Barat ada 5.300 desa syaikh, cita-cita saya selama lima tahun memimpin Jabar, target tiap desa punya satu penghafal Qur’an,” katanya.
Kang Emil menyebutkan pihaknya telah memberi beasiswa kepada 1.600 anak desa, guna disebar ke pesantren tahfizh agar jadi penghafal Alquran.
“Mudah-mudahan mereka pulang bisa memberi manfaat bagi masyarakat. (program) Ini inspirasinya dari Syaikh Ali Jaber,” bebernya.
Kang Emil menegaskan ingin menggunakan kekuasaan untuk dakwah dengan sebaik-baiknya. “Semoga di akhir jabatan saya, seluruh wilayah Jabar sudah punya banyak penghafal Alquran,” harapnya.
Selain itu, ada pula program dakwah digital. Di antara bentuknya seperti acara live IG RK dan Syaikh Ali Jaber. Yang bisa diikuti masyarakat luas.
Kemudian ada English for Ulama. Lima peserta terbaik dikirim ke Eropa untuk dialog. Karena, menurut Kang Emil, kedamaian, pemahaman dan pengertian bisa didapat buah dari rajin berkomunikasi.
“Kan kalau mau menguasai Alquran dan Hadis, mesti belajar bahasa Arab. Jika ingin menguasai dunia, ya kuasai bahasa pergaulan yaitu bahasa Inggris,” tuturnya.
Ada juga program satu pesantren satu produk. Sebanyak 1.200 pesantren diberi modal oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sekarang ada pesantren punya pabrik roti, pabrik sabun, sehingga bisa menghidupi warga pondok.
Tidak ketinggalan program Magrib mengaji sampai Isya. Bertujuan agar anak-anak tidak main hape terus. Lalu, ada Subuh berjamaah di masjid yang di masa Covid ini terbatas masjid tertentu. Kemudian bantuan Kredit Mesra (Masyarakat Ekonomi Sejahtera), tanpa bunga dan agunan, sesuai syariat Islam.
“Syaratnya cuma rajin ke masjid. Kalau minta satu juta, wajib hafal satu juz Alqur’an. Kalo pinjam Rp30 juta, harus hafal dulu 30 juz,” ucap gubernur.
Kang Emil menuturkan semua program yang diupayakan, merupakan terjemahan terhadap nasihat sang ibu. Bagaimana Jawa Barat dimaksimalkan dakwah Islamnya, melalui kekuasaan yang ada saat ini.
“Saya menyadari dan mengingatkan, jadi gubernur itu ibadah. Ini kekuasaan yang sementara. Kalau jadi gubernur lagi, saya akan berusaha istikomah. Kalau tidak jadi gubernur lagi, Insyaallah tetap semangat menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya,” pesan Kang Emil. (Abp/Sen)