WONOGIRI, RAKYATJATENG – Setelah kemarin (4/9), pasangan bakal calon dari PDIP Joko Sutopo-Setyo Sukarno mendaftar di KPU Wonogiri, hari ini (5/9), giliran pasangan Hartanto dan Joko Purnomo (Harjo).
Pasangan Harjo mendaftar ke KPU bersama pengurus inti sejumlah partai politik (parpol) pengusung maupun pendukung yang masuk dalam Koalisi Wonogiri Bermartabat.
Harjo sendiri diusung oleh tiga partai pemilik kursi di parlemen, yakni Partai Gerindra, PKS, dan PKB. Selain itu, mereka juga didukung beberapa partai nonparlemen. Di antaranya Partai Nasdem, Partai Demokrat, Perindo, Partai Garuda, PBB, Partai Berkarya, dan Partai Hanura.
Ketua KPU Wonogiri Toto Sihsetyo Adi mengatakan, syarat pencalonan pasangan Harjo sudah lengkap. “Formulir B.KWK dan B.1-KWK sudah lengkap dan sah,” ungkapnya.
Ditambahkan Toto, meski syarat calon sudah lengkap, pihaknya tetap akan melakukan verifikasi syarat-syarat tersebut.
Sementara itu, saat jumpa pers, Hartanto bersyukur proses pendaftaran ke KPU sudah berlangsung dengan baik. “Selanjutnya akan menunggu ditetapkan menjadi calon bupati dan wakil bupati,” bebernya.
Saat disinggung terkait strategi khusus untuk memenangkan pilkada sekaligus bersaing dengan petahana, Hartanto mengakui tidak punya strategi tertentu.
“Tidak ada jurus fisik. Jurus saya hanya berdoa kepada Allah SWT supaya saya menang. Sudah begitu saja, tidak ada jurus-jurusan,” jelasnya.
Sementara saat ditanya terkait potensi suara dari para kaum boro, dia mengaku tidak memiliki rencana mendatangkan mereka untuk pulang demi mencoblos pasangan Harjo. Meski begitu, Hartanto berharap kaum boro alias warga Wonogiri yang merantau bisa pulang ke kampung halaman untuk menggunakan hak suara mereka.
“Kalau ingin ikut andil peran dalam pilkada terus pulang, ya Alhamdulillah. Syukur-syukur milih saya,” kata dia.
Untuk target kemenangan, Hartanto sendiri tak mematok muluk-muluk. Yang terpenting baginya adalah bisa memenangkan pilkada. Soal angka, paling tidak bisa menang 60 persen.
“Syukur-syukur bisa bertambah 2 persen, jadi 62 persen suara,” ucap dia.
Hal itu cukup beralasan. Sebab, Hartanto menyadari dia belum begitu terkenal. Sementara kampanye pun tak bisa dilakukan secara ramai-ramai karena masih dalam suasana pandemi Covid-19.
“Ya tapi sudah ada juga yang mengenal saya. Mungkin bisa melalui media. Kalau berkumpul ya tidak akan banyak orang. Bisa saya ajak lima orang gitu saja untuk berdoa. Nanti berpindah-pindah kan lama-lama akan banyak,” papar Hartanto.
Pihaknya pun berharap tidak ada politik uang maupun intimidasi pada pilkada nanti. Hal itu agar masyarakat bisa menyalurkan hak pilihnya berdasarkan hati nurani. (rs/ria/per/JPR/JPC)