SOLO, RAKYATJATENG – Lolosnya pasangan calon Bagyo Wahyono dan F.X. Supardjo (Bajo) lewat jalur independen di Pilkada Solo sempat diragukan. Stigma calon boneka pun sempat muncul.
Bagyo Wahyono dan F.X. Suparjo tak dapat menyembunyikan raut muka bahagia setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surakarta menyatakan keduanya dinyatakan lolos verifikasi vaktual, Jumat kemarin (21/8). Dengan demikian, mereka resmi menjadi penantang Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa yang diusung PDI Perjuangan.
Soal tudingan pasangan ini sebagai calon boneka demi memuluskan langkah putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka memenangi pilkada 9 Desember mendatang, tim Bajo menanggapi santai. Mereka menegaskan jika Bajo adalah bakal calon yang masih memiliki peluang melawan hingga memenangkan pertarungan melawan Gibran-Teguh.
“Selentingan bahwa Bajo ini hanya setingan, dianggap boneka atau apapun itu sama sekali tidak benar. Karena kami persiapan lebih dari satu tahun yang lalu,” kata Penanggungjawab Tim Pemenangan Bajo, Budi Yuwono.
Diakui Budi, tudingan-tudingan bahwa Bajo hanya boneka yang digunakan untuk menghindarkan Gibran-Teguh melawan kotak kosong itu kerap muncul. “Ada tudingan bahwa kami ini boneka agar mereka dapat menghindari kotak kosong. Padahal kami yakin kita lewat jalur independen karena kita memang dari masyarakat kecil,” imbuhnya.
Kendati demikian dia tak memungkiri bahwa prosesnya memang tidak mudah. Upaya dari pihak lain yang mencoba merintangi Bajo untuk dapat maju pilkada semakin banyak. Salah satunya datang dari sejumlah orang yang baru-baru ini menyatakan KTP mereka digunakan secara paksa sebagai syarat dukungan pasangan Bajo.
“Kami mengikuti tahapan dari KPU. Tahap pertama kami mengumpulkan KTP dukungan. Kami tidak dapat mengecek satu-satu apakah itu riil atau tidak, bahwa KTP yang masuk kami anggap riil,” ujarnya.
Apabila pemilik KTP menyatakan tidak mendukung maka dinyatakan oleh KPU bahwa dukungan KTP itu tidak memenuhi syarat. “Secara unsur dari awal kami niatkan tidak menipu siapapun. Pasangan Bajo ini maju menjadi bakal calon wali kota dan wakil wali kota berkat dukungan organisasi masyarakat bernama Tikus Phiti,” tandasnya.
Meski optimistis dan yakin sebagian masyarakat menginginkan perubahan, tetapi dia juga ragu karena Bajo harus menanggung tugas berat. “Dilihat dari kacamata matematika berat. Kami independen, belum pernah ikut alur politik, lawannya anak presiden. Power jelas punya, dan uang mungkin banyak. Seperti semut lawan gajah,” ujarnya. (rs/irw/per/JPR/JPC)