Benarkah Sering Makan Pedas, Lidah dan Kerongkongan jadi Rusak?

  • Bagikan

RAKYATJATENG – Bagi para pencinta makanan pedas, hidup terasa hampa jika tidak menyantap makanan tanpa lauk-pauk yang pedas, atau tanpa kehadiran cabai dan sambal. Meski konsekuensinya adalah keringat yang mengalir deras, atau mulut terasa panas dengan sensasi terbakar, tetap saja makanan pedas sangat digemari.

Bahkan, banyak para penggila cabai yang membeli dan mencoba varian cabai yang diklaim super pedas.

Senyawa utama yang memberi rasa pedas pada cabai adalah fitonutrien yang bernama capsaicin. Menurut dr. Karin Wiradarma, capsaicin merupakan zat yang dapat merangsang serabut saraf di dalam mulut dan lidah. Zat ini juga yang menyebabkan Anda bisa merasakan sensasi nyeri (pedas).

Tingkat kepedasan pada cabai berbeda-beda, tergantung pada jumlah senyawa capsaicin yang terkandung. Untuk mengetahui tingkat kepedasan jenis cabai, para penggila cabai mengacu pada skala Scoville, yang memberi peringkat varietas cabai berdasarkan konsentrasi capsaicin yang dimiliki tiap cabai.

Skala ini berkisar dari cabai standar yang tidak mengandung capsaicin, hingga cabaiyang diklaim paling pedas sedunia, yaitu Trinidad Moruga Scorpion.

Bahaya mengonsumsi cabai super pedas

Di internet banyak sekali beredar video orang-orang yang mencoba varian cabaiyang diklaim paling pedas, seperti Trinidad Moruga Scorpion atau Carolina Reaper.

Menurut ahli gizi Wendy Bazilian, DrPH, seperti dikutip di laman Health, anggapan bahwa cabai dapat menimbulkan kerusakan pada lidah dan/atau kerongkongan adalah mitos belaka. Meski demikian, bukan berarti makanan pedas tidak memiliki dampak buruk.

Faktanya, ketika makan makanan super pedas, otak menerima sinyal “rasa sakit” yang dapat mengakibatkan sakit perut, mual, atau muntah. Perut bereaksi seolah-olah Anda makan zat beracun, sehingga perut bekerja untuk mengeluarkan ‘racun’ yang baru Anda makan tersebut.

Jika muntah terus berlanjut, asam yang keluar dari perut bisa mengakibatkan luka pada kerongkongan. Bergantung pada jenis cabai yang dimakan, iritasi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan yang serius.

Pada 2016, ada kasus di mana seorang pria kerongkongannya berlubang karena “terbakar” akibat mengonsumsi cabai Bhut jolokia, atau juga dikenal dengan sebutan ghost pepper, dalam sebuah kontes makan. Reaksinya lalu berlanjut dengan berkali-kali muntah. Selain itu, reaksi yang bisa muncul termasuk mati rasa dan kesulitan untuk bernapas.

Menurut dr. Mega Putri, pada penderita mag, cabai bisa menjadi musuh dalam selimut. Anda diwanti-wanti untuk menghindari cabai karena sifatnya yang mengiritasi mukosa pencernaan.

Cabai juga bermanfaat bagi kesehatan

Memang rasa pedas cabai bisa menyiksa, tapi mengonsumsi cabai juga membawa manfaat bagi kesehatan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar capsaicin yang tinggi, seperti pada cabaicayenne atau cabai merah, bisa membantu menurunkan berat badan pemakannya dengan cara menahan nafsu makan, sekaligus meningkatkan kemampuan pembakaran kalori tubuh.

Selain itu, makan cabai juga bisa membantu meredakan gejala sinusitis, mengurangi rasa sakit, dan mencegah pertumbuhan beberapa jenis bakteri.

Masih menurut Wendy, untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari cabai, pilihlah varietas yang jumlah capsaicin-nya tidak terlalu banyak. Bijaklah dengan tidak tergiur membeli atau mencoba cabai yang dikatakan paling pedas sedunia. Selain itu, konsumsi cabai yang sudah tercampur dengan makanan, dan hindari memakannya secara langsung. Dengan cara ini, efek rasa pedas terhadap lidah, kerongkongan, dan perut tidak akan (terlalu) membahayakan.

Meski makan cabai juga bisa memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh, namun hindari mengonsumsinya terlalu berlebihan, karena bisa mengakibatkan peningkatan risiko iritasi lambung. Jadi, konsumsilah cabai secara bijak, khususnya bagi para penderita mag.(klikdokter/jpnn)

  • Bagikan